GAJAH MERIK_Episode ULAR KEPALA 7
Rabu, 10 April 2013
0
komentar
Satu
Matahari semakin melangkah menuju keatas kepala, desuh desah tiupan angin berlalu lalang memberikan kesejukan pada alam. Bising kicauan burung terdengar bersahut-sahutan dengan menimbulkan irama tersendiri, dan kawanan Kupu-kupu beterbangan mengikuti arah tiupan angin. Seakan hilang kendali kawanan pun melayang tinggi dan semakin meninggi. Sesekali kawanan kupu-kupu itu hinggap pada bunga-bunga yang sedang bermekaran di sepanjang jalan setapak desa yang tak jauh dari Kerajaan “Kutei Rukam”.
Matahari semakin melangkah menuju keatas kepala, desuh desah tiupan angin berlalu lalang memberikan kesejukan pada alam. Bising kicauan burung terdengar bersahut-sahutan dengan menimbulkan irama tersendiri, dan kawanan Kupu-kupu beterbangan mengikuti arah tiupan angin. Seakan hilang kendali kawanan pun melayang tinggi dan semakin meninggi. Sesekali kawanan kupu-kupu itu hinggap pada bunga-bunga yang sedang bermekaran di sepanjang jalan setapak desa yang tak jauh dari Kerajaan “Kutei Rukam”.
Gemercik
Aliran sungai begitu kencang terdengar ditelinga, ketentraman dan keasliaan
alamnya masih jelas tergambarkan.
Disisi
lain, dalam lingkup istana Kerajaan banyak sekali prajurit yang mondar-mandir sedang
berjaga-jaga, Pintu gerbang pertama, gerbang kedua, hingga di dekat masuk
istana, semua dijaga ketat oleh penjaganya.
“Kerajaan
Kutei Rukam merupakan sebuah kerajaan yang terletak di Kabupaten Lebong
Provinsi Bengkulu, yang di
pimpin oleh Raja Perkasa “Bikau Bermano”. memiliki Tujuh orang anak
Lelaki.
Walau
sudah memiliki 7 Orang Putera, Raja masih berkeinginan menambah keturunannya yang Merasa
kurang adil dan
kurang lengkap tanpa adanya
sosok anak putri, dengan ke tidak puasan itu sang Raja Bikau Bermano berniat menambah
keturunannya mendapatkan seorang anak puteri yang sangat cantik, yang mewarisi
kecantikan dan keelokan ibunya.
Akan tetapi Hingga
usia anak Bungsunya Air Langga
berusia 8 Tahun, sang permaisuri belum menampakan hamil anak ke 8. Rasa duka
dan kurang bahagia sangat dirasakan oleh sang raja, memiliki seorang putri
merupakan harapan yang hampa.
3 tahun kemudian…
Menjelang
1 Hari perayaan Ulang Tahun ke 11 Air Langga, sang permaisuri merasakan ada sesuatu aneh didalam perutnya, mual, sakit dan
terkadang merasakan lahap makan yang tak biasanya.
Dengan
kejadian aneh itu, sang raja berharap
istrinya mengandung dan melahirkan seorang puteri baginya. di campuri rasa
takut Raja memerintahkan hulubalang untuk mencarikan tabib terbaik
yang ada di muka bumi ini. Untuk mencari tahu, apa gerangaan yang dialami
Permaisuri kerajaan.
Hulubalang
yang mendapat titah langsung bergegas mencari tabib dan membawanya kekerajaan.
“Sembah hamba padaku
raja!
“Ini saya bawakan Eyang
Tun Tuai dari
kerajaan seberang, semoga beliau bisa mengobati rasa mual dan sakit yang dialami oleh Tuan
permaisuri. Ucap hulu balang memberikan hormat.
“Ya..
silahkan masuk.!!
Bawa
Tabib itu menuju Kamar
permaisuri.! Kata raja dengan gugup bercampur takut dan kalimat
harapan permaisuri mengandung
selalu di ucapkan dalam lenturan bibirnya.”
Krackkkkkkk…….kkkk
Pintu terbuka lebar, Raja,
Hulubalang dan Eyang Tun Tuai
memasuki kamar permaisuri kerajaan, ia sedang istirahat di atas tempat tidur sambil meringis
menahankan rasa sakit pada perutnya.
Wahai Tun Tuai, ini istriku,
tolong kau lihat apa yang terjadi pada istriku, jikalau dia sakit, sembuhkan
penyakitnya, masalah biaya berapapun tabib minta akan kami penuhi .
Sembah Hamba
Padaku raja! Akan saya coba untuk
berusaha mengobati.
“sekalian
minta ampun Paduka Raja, Bukan maksud lancang. Izinkan hamba mendekat melihat penyakit tuan
permaisuri..
Silahkan..silahkan..
lakukan yang terbaik..
Saya
usahakan tuan..!!
Dengan
membaca Bismillah, Tun Tuai
pun
mulai melakukan pengobatan, dan penerawangan terhadap apa yang dialami sang
permaisuri. Tidak memakan waktu 20 menit, Tun Tuai pun
selesai melakukan pengobatan,. Dan sudah mengetahui apa yang dialami oleh ratu
kerajaan.
Sembah
hamba baginda raja.!
“Alhamdulillah, ini
bukan penyakit, tapi ini adalah anugrah, anugrah dari tuhan yang maha kuasa,
tuan permaisuri mengandung Lagi.
“Benarkah.? Tanya sang
raja dengan wajah berseri.
“Benar wahai Raja,
tuan permaisuri mengandung.. “!
“!dan usia kandungannya
pun sudah memasuki 9 bulan.
“Sembilan bulan?”
“Tidak salahkah yang
kau ucapkan itu Tun Tuai.?
Kenapa bisa usia 9 bulan baru kami ketahui? Dan bagaimana dengan perut istriku
yang tidak ada tanda-tanda hamil.
Kuasa
agung baginda raja., tidak ada yang tidak mungkin, jika sang khalik pencifta
dunia berkehendak, semuanya bisa saja terjadi. Dan bersyukurlah, bila bayi ini
kelak lahir dia akan membawa ketentraman dan kedamaian buat kerajaan ini.
Apakah
dia.. seorang puteri..?
Maaf
baginda raja.. hamba tak bisa melihat apakah dia puteri atau putera, yang jelas
dia bercahaya, ada keajaiban yang ia bawa ke bumi ini.. Anak yang cerdas, ramah dan tentunya sangat baik pada
semuanya.
“Oh dewata Agung, saya
sudah memiliki 7 orang putera, alangkah bahagianya jikalau bayi lahir ini nanti
seorang puteri yang kami idamkan selama ini.” (gumam tabib dalam hati).
Makasih..!!
makasih
wahai Tun Tuai.. !!
jikalau
Tun Tuai
tidak keberatan, bermalamlah dulu dikerajaan kami ini, sebagai ungkapan rasa
terima kasih kami, kami akan mengadakan Suguhan Makan, lagi Pula besok adalah pesta
Ulang tahun putra kami yang ke tujuh “Air Langga”. Dan sekalian doa-doa bersama penyambutan
kelahiran anak kami yang ke delapan.
Terima
kasih. Bukan niat untuk menolak ajakan paduka raja, tapi hamba masih ada Urusan
diluar sana yang tak dapat ditunda, jikalau cepat selesai saya berjanji akan
segera kesini memunuhi undangan paduka raja.
“Permisi.
Assalamu’alaikum.. “
Tukas
Tun Tuai
sambil memberi hormat dan berjalan menjauhi Raja, kemudian menghilang dari
pandangan semua isi kerajaan..
***
Perayaan
Ultah putera ke Tujuh berjalan dengan mewahnya, tamu yang di undang hadir
semua, menandakan kepatuhan tamu kepada undangan raja yang agung, ramah
bijaksana dan baik hati.
Hadirin
yang kami hormati, tibalah saatnya kita memasuki acara inti, yakni pemotongan
Kue Oleh putera ke-7 dari pasangan raja Bikau Bermano dan Permaisuri Andini””
ucap pembawa acara dengan logat tegasnya.
Serentak
tepuk tangan dan ucapaan hore dari tamu memecahkan ketegangan isi kerajaan,
semua tamu yang menyaksikan ikut terbawa kebahagiaan yang dirasakan oleh se isi
kerajaan. Potongan kue pertama diberikan sang putera kepada ibu permaisuri,
rasa haru dan sedih tergambar dengan jatuhnya butiran air mata di pipi sang
putera.
Selamat
hari jadi puteraku sayang. Semoga kelak kau menjadi Anak yang selalu kuat, Hebat, cerdas,
mewarisi sikap ayahmu yang bijaksana, Baik, ramah dan menjaga rakyatnya tanpa membedakan hak
dan derajat.
“Amin..
Makasih Bunda... semoga apa yang bunda cita-citakan bisa ananda penuhi,
Setelah
memberikan potongan kue untuk sang bunda, tidak lupa Air Langga memberikan potongan untuk
sang ayah dan beberapa potongan buat kakak-kakaknya.. sungguh tergambar
kebahagiaan dan keharmonisan dalam keluarga.
Dan
begitupun dengan tamu-tamu yang ada, mereka pun tak kalah dengan keluarga
raja, para tamu mendapat suguhan kue dan
makanan-makanan yang enak-enak, yang khusus di siapkan oleh para pekerja
kerajaan.”
Semua
yang hadir pada acara ulang tahun putera perajaan sangatlah senang dan
merasakan kenyang yang tak terkirakan, dari awal memasuki kerajaan para tamu
sudah di suguhi dengan berbagai macam makanan yang asing bagi mereka, terbayang
belum pernah mereka merasakan makanan se enak dan selezat masakan kerajaan.
“Tarrrrr......cetarrrrr.......”!!
.....”””!Taaaaaarrrrr
“sedang
asyik bercengkrama sambil menyantap makanan, tamu dan seisi kerajaaan
dikejutkan bunyi petir yang menggelegar menembak bumi dibawah matahari yang
bersinar penuh tanpa ada
balingan dari awan yang menggumpal..!!
“Ada
apa ini..”!
“Apa
yang terjadi’”!
“”kok
aneh petirr hadir disaat hari cerah, tak ada nampak mendung sedikitpun./ ucap
Raja, Permaisuri, Para hulu balang dan tamu-2 keheranan.
Wahai dewata yang agung, maafkan
kami jikalau kami telah berbuat dosa selama mendiami bumi ini, tolong jangau
siksa kami dengan ancaman petir yang menakutkan, kami ingin hidup damai,
tentram.
Tarrrrrrrrrrrr…
Tarrrrrrrrrrr”””””
Assalamu’alaikum…
Ketahuilah,
bahwa ini adalah hari lahirnya seorang Penerus
baru dalam kerajaan ini, ia akan membawa kedamaian, ketentraman bagi Kerajaan
ini.
“Tun Tuai...!! sang raja keheranan
melihat tabib muncul seketika. Apa maksud Tun Tuai..??
Ia,
sembah hamba baginda raja, setelah
menyelesaikan urusan yang saya bilang kemarin, hamba berniat menepati janji hamba untuk
datang kembali ke kerajaan ini.
“Tidak
apa-apa. Pintu kerajaan ini terbuka buat Tun Tuai..“
Silahkan
duduk, mendekatlah..!! bicaralah dengan jelas..!!
(belum sempat mendekat)
Tolong...
tolong... tolong Kanda..
Kandaaaaaaa....
“ kenapa perut dinda tiba-tiba sakit...
Petir
diluaran kembali menyambar saling bersahutan, sesekali dentuman dahsyat
menggelegar membuat semua orang panik, bukan hanya manusia, hewan-hewan, serta
tumbuhan pun merasakan kedahsyatan yang dikeluarkan petir.
Burung-burung
terbang dari satu pohon ke pohon lain mencari tempat perlindungan dari sambaran
petir, gajah-gajah,
kuda serta hewan lain yang
hidup di lingkungan kerajaan berlarian ke sana kemari, daun-daunan
berguguran, debu beterbangan, sungguh kejadian alam yang tak biasanya.
di
dalam kerajaaan lahirlah seorang
Bayi Putera yang sangat kecil, Hitam, Berbulu, keanehan sungguh total terjadi, saat
kelahiran tak ada suara yang ia keluarkan, semua orang yang menyaksikan terfana
dan keheranan. Sang raja pun tak lepas dari rasa keheranan, sementara Tun Tuai hanya tersenyum dan berucap
syukur,
“Inilah
putera titisan yang di utus tuhan untuk menyempurnakan pemerintahan kerajaan
ini, kelak nanti dia akan membawa banyak perubahan pada kerjaaan ini,”!
Tidak…Tidak Mungkin.. Ini pasti
bukan puteraku.. kamu pasti penganut Ilmu hitam, kamu telah mengguna-gunai
istriku untuk melahirkn seorang bayi setanmu.. Lihatlah, dia sangat berbeda
dari puteraku yang lain…
Pengawal.. Tangkap dan asingkan orang
ini ke hutan belantara dekat Goa Seluma, dia pasti penganut Ilmu hitam, dan
bawa juga bayi setan ini dari kerajaan kita. Dan Pastikan mereka sengsara
berada di hutan itu, saya tidak
mau melihat mereka menginjak kerajaan.
Baik paduka raja, Titah paduka
segera kami laksanakan.
“ayooo… ayoo..!!
Maaf paduka, saya tidak
bersalah,, ini benar anak raja yang di utus tuhan,, saya tidak menganut ilmu
hitam paduka raja..
“Syiiittt.. persetan.. disaat kau
datang kekerajaan ini, saya sudah mencium keanehan padamu..
Ayoo… cepat, berjalan sendiri
atau kami seret pakai kuda.? Gertak pengawal.
***
DUA
di
Dalam Goa Seluma yang semustinya sepi tiada bermanusia, pada siang hari yang
panas terik terdengar suara Percakapan manusia! Sekali-sekali percakapan itu
hilang, berganti dengan suara yang membentak yang kadang-kadang dibarengi oleh
suara gelak membahak lain! Jelas bahwa Lebih dari satu orang manusia di dalam goa seluma saat itu! Dan terdengar juga tengah bertempur dengan segala kehebatan
yang ada.
Bertempur
sambil tertawa-tawa! Siapakah mereka ini?!
Berbadan
tinggi langsing dan mengenakan pakaian serta kain hitam adalah seorang kakek
berkulit sangat Putih. Kulit yang putih berkerinyut ini tak lebih hanya
merupakan kulit tipis pembalut tulang saja! Mukanya cekung dan kecekungan ini merambas ke matanya
sehingga matanya ini kelihatan demikian menyeramkan.
Siapakah
kakek ini? Dialah yang bernama Tun
Tuai,
seorang Pria sakti yang menguasai banyak keahlian, selain mampu mengobati luka
parah, Tenung, ia
juga memiliki ilmu kanuragan yang handal, dan tak tertandingi. Selama malang
melintang dalam dunia persilatan itu, 25 tahun terakhir Tun Tuai telah merajai dunia
persilatan di daerah Sumatera bahkan
sampai-sampai Keluar Sumatera. Selama itu pula dia telah menyapu dan membasmi
habis segala manusia jahat.
Terhadap
manusia-manusia jahat, tak sungkan bagi Tun Tuai untuk membunuhnya! Nama
asli dari kakek ini
sendiri adalah
“Datuk Larang Tapa”. Sedangkan Tun Tuai merupakan nama pemberian Tokoh-tokoh
persilatan terkemuka,. Sejak diberi nama tersebut, nama asli Datuk Larang Tapa
hilang bak ditelan bumi.
Lalu
Siapa pula orang kedua yang berada di dalam Goa Seluma itu dan yang saat itu bertempur
menghadapi Tun Tuai?
Dia seorang pemuda belia remaja yang baru memasuki usia Delapan Belas Tahun. Tubuhnya tegap,
tampangnya gagah dan kulitnya bersih kuning. Rambutnya gondrong sebahu dan agak
acak-acakan, Sebenarnya kedua orang itu sama sekali bukan tengah bertempur
karena pemuda delapan belas
tahun
tersebut adalah “gajah Merik” murid Tun Tuai sendiri!
“Seorang
bocah yang di Asingkan Ayahnya Sendiri Raja Bikau Bermano karena
telah dianggap mencoreng nama kerajaan dengan lahir sebagai bayi cacat.”
Ayo
merik, kau gunakan keris Pusakamu, Hadapi Guru.. Tantang Tun Tuai yang
hanya menggunakan sebilah tongkat kayu yang tak tau berapa tahun umurnya,
Ciaaaaaaaaaaaaaaaattttt....
dengan secepat kilat Merik melangkah membabatkan kerisnya ke depan Tun Tuai, dengan santainya Tun Tuai menangkis
dengan tongkat tua yang sangat sakti, biarkan hanya sebuah kayu, tapi tongkat
itu bukan tongkat sembarangan, setiap kali dilagakan dengan keris mengeluarkan
dentingan yang dahsyat seperti laganya besi melawan besi.
Tiba-tiba.
”Ini balasan kehormatan untuk keris bututmu, Merik!” Tun Tuai memukulkan tongkat andalan
ke arah Pantat merik, dan berteriak awas celanamu melorot.
Meskipun
sudah diperingatkan, dan meskipun sudah mengelak dengan kecepatan kilat, ujung tongkat Eyang Tun Tuai mengeluarkan
besi kecil yang seketika merobek celana merik.
Dan membuat celana itu melorot ke bawah.
Ughhh
eyang jahaaaat... “ celanaku robek jadinya eyaang..
“kamu
itu gak boleh manja, kamu harus kuat, apa jadinya kalau ada musuh datang dengan
seketika, kamu bisa mampus dengan seketika.
Tapi
eyang....!!
Sudah
jangan pakai tapi-tapi, lekas latihan kembali.. kamu harus kuat, kamu harus
belajar dengan giat, biar kamu menjadi orang kuat dan hebat,
Siap
eyang..!!”
Bagus”
sekarang tolong ambil buah-buahan diatas sana, kau gak boleh menggunakan tangga
ataupun kayu untuk mengambilnyaa.. kamu harus memanJat atau terbang gunakan Ilmu peringan Tubuh yang eyang ceritakan
Semalam.
Terbang”
bagai mana bisa eyang.”?
Merik belum eyang ajarkan ilmu
peringan tubuh, jadi sangat sulit untuk melakukannya eyang..!
Ilmu itu akan mengalir sendiri
kepada orang yang benar-benar siap menyandangnya. Dan eyang yakin Kalau
kamu berusaha, kamu pasti bisa,, jangankan terbaNG mengambil buah, terbang jauh pun kamu bisa.
‘makanya
kamu harus belajar dengan giat..””!!
“Siap”… Tapi..
kita istirahat dulu eyang.. merik udaaah letih..
“yasudah kita istirahat dulu,”
Eyang sebenarnya juga sudah letih, maklum usia eyang sudah tua, berjalan saja
sudah susah..
Dengan meneguk segelas minuman
dan tanpa menelannya, datuk / eyang Larang tapa meludahkan semuanya,! kaget
bukan kepalang yang dirasakan Merik, sebab Air minum yang masuk kedalam mulut eyang
berubah menjadi sebuah semburan dahsat (semburan Petir Biru) dan mematikan rerumputan yang kena percikan
minuman itu.
Hebatt..!! eyang sungguh hebat..
Dengan hanya menggunakan seteguk
air, eyang bisa membunuh tumbuhan di sekeliling ini,, tapi… apakah ilmu eyang
ini bisa membunuh musuh juga? (Tanya merik sambil garuk-garuk kepala)
Lengkingan tawa eyang memecahkan
keheningan di Goa Seluma, dengan sigap ia terbang menuju pucuk pohon yang
rindang, kiri kanan ia menatap berselang, lalu ia memantapkan pandangannya
tertuju pada pohon kecil yang selalu bergoyang, ada apa gerangan.? Kenapa
dengan pohon kecil itu?
Secepat kilat, eyang langsung
menghembuskan serbuan air dari mulutnya dan..
Seketika babi hutan yang sedang
bersembunyi di bawah pohon kecil yang sejak tadi diperhatikan eyang hangus dan
mati menggenaskan.
“eyang.. kenapa eyang
membunuhnya?
“eyang hanya ingin membuktikan,
kalau ilmu yang akan eyang wariskan kepadamu bukanlah ilmu biasa, ilmu ini
merupakan ilmu andalan eyang, tak ada seorangpun jagoan jagat raya ini yang
memilikinya, bahkan termasuk kawan seperguruan eyang dahulu.
Lalu..!! kenapa eyang
memberikannya kepada meriK? Bukankah ilmu itu, ilmu langka.?
Sebagai penerus kerajaan yang
berhati baik sepertimu, kamu layak memilikinya wahai muridku., “ tak ada
keraguan dalam hati guru untuk mewariskannya kepadamu, sebab eyang percaya kau
hanya akan menggunakannya dikala kamu terdesak dan teraniaya,
Ampun eyang..” merik tak berniat
memilikinya.. bagi merik menjadi manusia biasa, dan bisa ilmu beladiri
selangkah dua langkah itu sudah cukup. Karena merik takut, jikalau merik sudah
memilikinya merik tak sanggup membendung diri untuk menggunakannya dijalan yang
benar.
***
Malam semakin larut, tiupan angin
sangat terasa menusuk-nusuk tulang dan nyaris membekukan. Panas Bara api unggun
yang di buat eyang larang Tapa dekat tempat tidur tak mampu menghangatkan
sekeliling Goa. Walau begitu eyang Larang tapa masih enggan untuk beranjak ke
tempat tidur terbuat dari tumpukan
daun-daunan yang lembut, dan sangat nyaman untuk di tiduri.
Merik memperhatikan dari
kejauhan, eyang sedang bekerja, apa yang sedang ia kerjakan?
Rasa kantuk dan lelah yang
melanda merik tak dapat terbendung lagi, ia begitu letih setelah berlatih
berhari-hari dengan eyang gurunya.
“’Eyang.. Merik tidur duluan ya.!
“Mata merik sudah tidak bisa
diajak kompromi lagi,
“Hemmm. Hela napas eyang yang
sedang fokus membuat sebuah Kipas…
Kipas.?? Kipas apakah itu?
Bukankah cuaca sudah terlalu
dingin untuk berkipas?
Dasar eyang kurang kerjaaan
gerutu merik,.” Mending eyang tidur juga, malam sudah larut, nanti eyang sakit
kalau setiap malam selalu lembur, dan selaluu sibuk dengan kipas yang tidak
penting..
Kamu tidurlah duluan, kipas ini
tanggung untuk dihentikan, malam ini harus sudah selesai, sebab kipas ini akan
eyang wariskan pada kamu merik,.
Teseraaaahlah.. merik udah
ngantukkk… !!
“malam sunyi semakin sunyi.. eyang giat bekerja dikeheningan malam,
tak pernah ia menguap walaupun hanya 1 kali, sedangkan malam sudah sangat
larut..
***
TIGA
“krackkkkkkkkkkk…
Krackkkkkkk.. “
“””Gubrakkkkk///…!!
Dahan besar Pohon beringin yang
tumbuh di Muka Gua Seluma tiba-tiba tumbang, sehingga membangunkan merik yang
sedang tertidur dengan pulas, dengan berat hati Merik beranjak dari tempat
tidurnya dan sesekali mengucek matanya yang sangat Ngantuk…
“Oaammm… Bangsattttt Siapa malam-malam
sudah penebangan pohon. Gerutu merik yang terus mengucek-ngucek matanya.
Tiba-tiba Skriiinggggggggggggggg…..Tubbbbgggggg”!
Kepingan Kayu terbang dari langit
hampir saja menghantam Kepala merik dan merik pun langsung mengelak kearah
samping beberapa langkah,
Hei.. Siapa disana.! Keluar kalau
kau berani, hadapi aku..
Aku hitung sampai tiga, kalau
tidak keluar, tiada ampun bagimu…
Satu….. Duaa….. tiii…!!!
Scriiiinggg …… turrrrrrrrrrrrr
Lagi-lagi kepingan kayu terbang
dari arah yang tak menentu Dan kali ini kepingan kayu tersebut bertuliskan
pesan kalimat jawa kuno yang berbunyi”
“Ketahuilah merik, eyang sudah tidak bisa lagi
mendampingimu, eyang harus pergi, eyang titip pusaka eyang dalam peti di bawah
tempat tidur eyang kepadamu, kau harus gunakan dijalan yang benar jangan
sesekali kau pergunakan dijalan yang salah.
Di dalam peti tersebut ada Sebuah keris Sakti, mampu
menembus 4 lapisan dinding, bisa memotong benda keras seperti besi dan baja,
Sebuah Kipas Katulistiwa mampu menerbangkan batu berat dan besar, serta Buku
Ilmu yang belum sempat eyang turunkan kepadamu. Maafkan eyang yang tak
membangunkanmu disaat eyang pergi, eyang tak mau kau menangisi kepergian eyang...”
Belum selesai membacanya air mata
merik jatuh tak terbendung, mengalir sejadi-jadinya membasahi bumi Seluma yang
tak berpenghuni selain Ia dan eyang..
Eyang….!!.. kenapa eyang begitu
cepat meninggalkanku. Eyang Kemana..?? eyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang…… teriak merik
dengan lantangnya.
Lalu tiba-tiba suara mengambang
terdengar dengar jelas dari langit bumi
“Janganlah bersedih merik, eyang Tidak seutuhnya pergi,
eyang selalu didekatmu, eyang selalu memperhatikanmu, kau baca dan kau
pelajarilah buku yang eyang titipkan, jika bersungguh-sungguh ilmu itu akan
mudah mengalir ditubuhmu, dan jikalau ilmu itu sudah kau kuasai, segera tinggalkan Goa Seluma Itu, mengembaralah,
bantulah orang yang kesusahan, dan hukumlah orang yang semena-mena. Jikalau kau
mampu menjalankannya niscaya kebenaran akan mengungkapkan sesuatu peristiwa
penting kepadamu. Peristiwa diapa kamu, dan siapa orang tuamu.. Kelak.. dilain
waktu kita pasti bertemu lagi..
Tapi
kenapa harus secepat ini eyang…. Gumam merik dalam hati, dan bangkit menuju
tempat tidur eyang, mencari peti yang berisikan benda-benda trakhir eyang.
***
Seminggu peninggalan eyang, rasa
sedih dan lesu masih tergambar di tubuh merik, ia masih enggan untuk melangkah
dan menunaikan wasiat eyangnya untuk mempelajari ilmu yang belum sempat
diwariskan kepada merik.
Minggu berlalu menjadi bulan, dan
bulan pun berlalu menjadi tahun, merik mulai menyadari sikapnya yang keliru,
dan kini ia berniat berubah menata Kehidupan Goa yang sepi menjadi kegiatan
gemilang, demi wasiat gurunya membantu orang yang lemah dan membasmi
orang-orang jahat.
Merik menghampiri Peti Warisan
eyang Tun Tuai dan mengambil buku yang terbuat dari susunan bermacam-macam
Daun-daunan, dengan tulisan Tinta perasan Kunyit Hutan.
Dengan bingung, merik mulai
membolak-balik tumpukan buku tersebut, dan sesekali ia mengerenyitkan
keningnya, seraya memikirkan apa maksud dari tulisan buku tersebut.
“Ilmu Peringan Tubuh. Hemmm
inikah ilmu yang eyang ceritakan terdahulu, benarkah ilmu itu ada.?
Agh dari pada mikir yang
bukan-bukan mending aku langsung pelajari saja, gumam merik dan melangkah
menuju laman Goa yang lantang.
Dengan Sigap memasang kuda-kuda,
merik mempraktikan seluruh petunjuk yang tertulis didalam buku wasiat eyang
gurunya. Gagal, gagal dan kegagalan terus saja yang terjadi, merik mulai
kelelahan, dan rasa tidak percaya diri mulai menghantui.
Hem… susah sekali.. apa eyang
Cuma main-main dengan ilmu ini, jangan-jangan eyang hanya mengerjaiku saja,
tukas merik.
Tapi…!! Tidak mungkin, ini ilmu
emang benar ada. buktinya eyang emang bisa terbang, dan eyang bisa berjalan
diatas air.. aku harus usaha lebih giat lagi, emosi batin merik mulai menaiki
tingkat teratas. dengan semangat ia berlatih siang dan malam, mempelajari
seluruh ilmu yang diwasiatkn eyang Tun Tuai kepadanya.
Tak terasa 3 tahun sepeninggalan
eyang, merik sudah menguasai 6 ilmu yang diwasiatkan kepadanya. Serta 4 Ilmu
yang ia kuasai dikala eyang masih ada.
Jadi sudah 10 ilmu Eyang Tun Tuai
yang berhasil dipelajari yaitu :
1. Ilmu Peringan Tubuh
2. Semburan Kilat Biru
3. Ilmu Menghilang
4. Ilmu Penghentak Bumi
5. Pukulan Topan Penghancur Goa
6. Ilmu Kipas Sakti
7. Ilmu Kuku Elang Perobek Sukma
8. Ilmu Kebal
9. Ilmu penakluk Hewan Liar
10. Pukulan Katulistiwa
Dan masih Ada 3 jenis Ilmu lagi yang belum berhasil
merik kuasai, yakni
1. Ilmu Bicara dengan hewan
2. Ilmu Penawar Racun
3. Ilmu Memanggil Eyang Guru (Tun Tuai)
Dengan bermodalkan 6 Ilmu yang
dia pelajari sendiri dan 4 Ilmu yang ia kuasai disaat eyang masih ada, membuat
merik sudah cukup mantap untuk melangkah meninggalkan goa mencari tau apa
maksud perkataan gurunya tempo dulu.
***
Hujan
diluaran terus turun membasahi permukaan bumi yang berdebu karena akhir-akhir panas
yang terus mendera, tetes demi tetes air mengalir perlahan sudah menggenangi
selokan di sekitar goa.
Dan
Air terjun yang terletak di belakang Goa dahulu sempat mati kini mulai hidup
kembali, aliran air yang dikeluarkan sekarang cukuplah besar, walaupun belum
senormal sedia kala.
Merik
sibuk dengan perbekalan, ia tata semua barang di goa, dan menyusun beberapa
perlengkapan untuk dibawa turun Meninggalkan goa. Niatnya untuk meninggalkan
goa sudah bulat, tak ada lagi pikiran untuk menunggu hingga eyangnya kembali.,
Setelah
sekian lama berkemas, dan semua perlengkapan sudah di siapkan merik menatap
kearah luar goa, dan tersenyum karena hujan sudah berhenti, niatnya untuk turun
tak terhalangi lagi.
Diraihnya
pusaka titipan eyang, lalu dibungkus dengan kain putih yang sudah lusuh, dan
menggendongnya layaknya menggendong bayi kecil yang kaku. Merik melangkahkan
kakinya kearah barat yang menurut cerita eyangnya disana ada kehidupan
perdesaan yang dihuni oleh beragam macam manusia.
Langkah
demi langkah, tak terasa merik sudah menempuh belasan kilometer dari Goa,
mengenai Desa yang diceritakan eyangnya belum juga nampak dimata., merik Merasa
kakinya mulai lelah, ia mengambil air yang terdapat dalam botol terbuat dari
potongan bambu kecil.
Diteguknya
air tersebut dan kembali melangkahkan kakinya menyosori jalanan kecil yang
sedikit bergelombang,
Apakah
jalan ini salah?
Merik
mulai ragu dengan langkah kakinya, matanya menatap kiri dan kanan jalan secara
bergantian, ia tak menemukan ada tanda jejak-jejak pejalan yang melewati jalan
tersebut.
Eyaang...
kemana murid mu ini harus melangkah?
Merik
terus melangkah,”
Walaupun
matahari tidak begitu panas, merik meraih sebuah daun yang cukup besar untuk
berkipas, sesekali ia mengelap keringat di dahinya yang keluar karena kelelahan
berjalan puluhan Kilometer, baju yang ia kenakan pun tak luput dari basahan
keringatnya,
Merasa
sudah berjam-jam berjalan, merik beristirahat sejenak dibawah pohon yang cukup
rindang, lalu membuka bundelan yang sejak tadi ia bawa dari dalam Goa seluma,
diambilnya satu potong Singkong bakar, dan langsung melahapnya,
Sedang
asyik mengunyah singkong bakar, tiba-tiba rombonga kuda melengking dengan di
ikuti bunyian orang yang sedang mengendalikan kuda tersebut.
Ayooo...
ayooo cepat jalan...!!
Belasan
pengendara kuda berlaju dengan cepatnya, merik yang kelelahan segera bangkit
dan bergegas berlalri mengikuti rombongan kuda tersebut.
Belum
begitu jauh berlari, merik bertemu dengan 3 Orang yang terdiri dari bapak, Ibu
dan 1 orang anak kecil, sepertinya mereka adalah 1 Keluarga, keluarga petani
yang sedang berjalan sambil memikul rumput pakan ternak.
Siang
pak.. permisi,
Ia
ada apa nak, ada yang bisa bapak bantu?
“nama
saya merik,”
“perdesaan
sini letaknya dimana ya pak?
Desa
apa? (jawab pengembala
“emang
disini ada berapa desa?
Lagh
anak ini mau nyari desa apa? Disini ada 5 desa yang terletak berdekatan, dan
semua desa ini bawah pemerintahan kerajaan “kutai Bermano” dekat.. di balik
Bukit sana,!
Saya...
saya berasal dari Goa Seluma pak, dulu saya tinggal sama eyang di dalam goa
tersebut. Tapi....!! belakangan dia pergi meninggalkanku sendiri,
Ooooo...
Kalau anak ingin istirahat dan melepas lelah, mari ikut kami, tinggalah kerumah
kami, kebetulan dirumah Cuma kami bertiga. Ajak seorang ibu yang sedari tadi
hanya diam mendengarkan percakapan merik dan suaminya.
Sudah..
tidak usah mikir lagi, mari ikut kami kerumah, bapakpun mengajak merik.
I..aa,,,
ia pak...
“saya
emang lelah, dari tadi pagi berjalan sangat jauh.”
***
Seminggu
sudah merik hadir dalam kehidupan keluarga pak Joko, istrinya, serta anaknya
andini yang masih berusia 9 tahun. Setiap hari merik membantu pak joko
mengembalakan ternak, dan menyabit rumput untuk pakai ternak. Semua itu dilakukan
merik dengan senang,
Pada
suatu hari, ketika sedang sibuk mengumpulkan rumput, merik melihat kawanan
rampok sedang menghadang seorang bapak tua yang terlihat membawa uang hasil
penjualan ternak.
Beberapa
kali kawanan rampok itu menghardik, memaki dan memaksa bapak tua itu untuk
memberikan uang penjualan ternak tersebut secara baik-baik, kalau tidak kawanan
itu tidak akan segan-segan membunuh semua yang menghalangi niat mereka.
Melihat
kejadian itu merik berdiam, dan memperhatikan dari semak-semak, secara lebih
dekat.
Ayoo...
cepat serahkan uang itu, kami hitung sampai tiga, kalau tidak, kau akan kami
kirim keneraka..
Hahahahahahah
gelak tawa kawanan rampok bersahut-sahutan.
Maaf
den.. ini uang buat juragan saya, saya hanya membantu menjualkan kambingnya
pada pemilik warung makan didesa seberang.
Cepat...
cepat serahkan.. saya tak peduli, mau uang juragan atau uang tuhan sekalipun...
Maaf
den.. nanti saya dimarahin..
Bangsaaat....
kamu lebih takut kepadanya dfari pada kami? Bentak kawanan rampok yang menggunakan
pakaian serba hitam, dan bercadar hitam.
“bukan
maksud begitu den.. saya hanya petani kecil, dan saya hanya menjaga amanat
juragan saya..
Persetan
dengan juraganmu.. cepat serahkan,
Tidak..
tidak bisa den.. ini bukan uang saya..
Kamu
pilih mampus, atau memberikan uang tersebut? Tanya seorag perampok yang sudah
siap menghujamkan pedangnya ke perut petani tersebut.
Maafkan
saya den..
“Merik
masih berdiam,, bersembunyi di balik semak-semak. Apa yang akan dilakukan
merik? Apakah merik takut?
Lenting
1. Kau bereskan bapak tua bangka ini, bunuh saja dia, bila dia tak mau
mengasihkan uang itu secara baik-baik..
Baik
bos.”
Heii
kau tua bangka, cepat serahkan kesini uangnya, atauu nyawamuu melayang hari ini
juga.
Tii...tiii..
tidak bisa den... saya tidak bisa memberikan uang ini kepada siapapun, ini
amanat juragan sya den..
Ougghhh,,
klw begitu kamu lebih bersedia mampus dipedang ku?
Baiklah
bersiaplah, dan ucapkan kata-kata terakhir...
“ya
Tuhan. Lindungi aku.. “
Belum
juga berubah pikiran? Tanya lenting 1.
Tetap
tidak bisa den.. ini amanat juragan saya...
Berarti kami lebih suka mati yaa...!
Rasakan
ini,,,,”
Lenting
1 Mengayuhkan pedangnya ke arah bapak tua tersebut, dengan sigap, merik yang
sedari tadi bersembunyi terbang menangkis kibasan pedang yang di layangkan oleh
lenting 1.
Keparat..
siapa kamu?
Dan
apa urusanmu menghalangi keinginan kami?
Hahaha
hahahha hahhaha.. kalian tidak usah tau siapa aku... yang jelas, saya akan
selalu menghalangi setiap kejadian yang diluar kodratnya.
Bangsat...
kamu berani-beraninya menantang kami 3 Perampok dari Utara.
Hahhaha..
apa? Perampok dari utara?
xixixi.
siapa takuttt.....”
merasa
di lecehkan lenting 1 dan lenting dua langsung menyerang merik dengan berbagai
langkah silat yang mematikan, dentingan bunyi pedang yang dkeluarkan para
perampok begitu menyilukan gigi, akan tetapi merik masih santai menghadapi
mereka, melawan mereka hanya menggunakan tangan kosong.
Heii
cucungukkk sampah... keluarkan semua jurus kalian.. jangan hanya bisa menindas
rakyat yang sudah tua-tua,,
Kalau
kalian memang jagoan, hadapi aku, ayoo.. langsung saja kalian bertiga, suruh
bos mu yang maju.. hahaa tawa merik meremehkan kawanan prampok.
Ciaaattttt....
lagi- lagi lenting satu dan dua mengibaskan pedangnya menyerang merik,
membabi-buta dengan jurus “kibasan pedang pelebur Bumi”.
Sedikit
menghindar, merik terbang ke atas pohon dna kembali menertawakn prampok-prampok
busuk.
Hahha
itu saja kemampuan kalian?
Ayooo,
sekarang ajak bos mu dan kalian bertiga yang melawan aku.. keluarkan semua jurus
yang pernah kalian pelajari.
Keparat..
kau meremehkanku..
“lenting
1, leting dua.. kalian cukup diam dan menjadi saksi, biar aku sendiri yang
menghadapi bocah ingusan ini, kata bos perampok yang bernama Dwi Jaya.
Aaaaaaaaaaaa........
teriak Dwi Jaya, dengan seketika Kukunya memanjang, dan taring giginyapun tak
kalah ikut memanjang.
Apa
ilmu “iblis Haus darah?” ucap merik dalam hati.
“baiklah,
akan aku hadapi kalian dengan jurus Kipas Saktiku,,
Perlawanan
sengit terjadi antara Dwi jaya dan Merik sungguh menyeramkan, jurus-jurus
andalan yang dimiliki masing-masing silih berganti di tujukan, merik yang
sedari tadi bermain-main kini sudah serius dan merasa kewalahan melawan Dwi
jaya.
Sementara
lenting satu, lenting Dua dan pak tua tak berkedip melihat perkelahian maut
itu,
Terima
ini bangsaaat...!! teriak dwi jaya dengan lantang. Sambil melayangkan telapak
tanganya mencakar wajah merik yang sedikit meleset kearah dada. Dengan kejadian
itu, dada merik mengalami luka cakar dan mengeluarkan darah segar. Merik yang
sedikit terpojok dengan cepat membalas serangan itu dengan cara memukulkan
kipas saktinya. Seketika angin dari kipas itu menerbangkan Dwi jaya hingga
terpental menghantam batang pohon. Hingga menyebabkan dwi Jaya mati.
Melihat
Bos mereka sudah mati, lenting satu dan lenting dua ambil langkah menyerang
merik dari arah yang berlawanan. Karena sudah cukup lelah serangan yang di
lajukan lenting satu dan dua tak dapat di elakan. Pukulan dahsyat menghantam
pipi merik hingga mengeluarkan darah dai pojok mulutnya.
Agh...
merik berdesah, mengusap darah yang keluar dari mulutnya.
Ayooo...
menyerah saja, kau tak akan mampu mengalahkan kami, si Kembar Lenting satu dan
dua.,
Hahahha
gelak tawa perampok terdengar mengetuk-ngetuk hati merik.. dengan emosi, merik
bangkit mengatur langkah mengeluarkan jurus andalannya “Semburan Kilat Biru”
Diraihnya
seteguk minuman terletak dekat tumpukan rumput yang sedari tadi ia kumpulkan..
Hahahaha
hahhaha anak ingusan capek.. dia butuh minum.. hardik lenting 2.
Dengan
marah merik langsung menghembuskan air yang diteguknya tadi, lalu seketika
lenting satu dan lenting dua hangus terbakar. Bapak tua yang nyaris kerampokan
kaget bukan kepalang melihatnya.
Makasih..
makasih den... aden sudah menolong bapak...
Sama-sama
pak..!!
“aden
baik-baik saja”? demana sakit den?
Tidak
apa-apa pak, bentaran juga sembuh...
Sekali
lagi makasih nak.. sini bapak antar, kamu tinggal dimana?
Enggak
usah pak. Ntar merepotkan, bapak silahkan pulang..
“tidak..
tidak apa-apa nak, sini bapak antar, sebagai ungkapan rasa terima kasih bapak
kepadamu, yang telah menolong bapak dari perampok jahanam yang selalu
meresahkan warga.
Ngomong-ngomong
kamu tinggal dimana?
Saya
pendatang baru pak, saya.. tinggal dirumahnya bapak joko. Yang enggak jauh dari
sini.
Bapak
joko yang seorang pengembala ternak itu ya?
Kok
bapak tau?
Saya
kenal sama pak joko. Dia itu teman saya sesama pengembala ternak disini.
“mari
Bapak antar kerumah,!
Mari
pak..!
Sambil
bercakap panjang lebar, dan saling menghibur akhirnya merik dan bapak
pengembala ternak itu tiba di depan rumah pak joko, dan bapak itupun langsung
bergegas mohon pulang, takut dimarahin sang juragannya. setiba dirumah, merik
langsung di terpa pertanyaan banyak dari ibu angkatnya istri pak Joko.
Apa
yang terjadi nak.. kok lukamu parah gini, siapa yang melakukan? Siapa yang
mengeroyok kamu?
Gak
apa-apa Bu, ini Cuma luka dikit, paling besok udah sembuh,”
Luka
dikit gimana, tu dadamu berdarah terus, besok Ibuk carikan obat di pasar untuk
mengobati luka-lukamu itu, biar tidak sakit lagi..
Makasih
buk..
Ya..
sekarang kamu istirahat aja duluu...
***
EMPAT
Ayam
jago berkokok saling berbalas-balasan satu antara yang lainnya, hiruk pikuk
bunyi kuda, gerobak dan sapi yang menariknya terdengar dari dalam rumah, merik
menyingkapkan sedikit jendela kamarnya, ia melihat banyak orang berjalan searah
menuju ke selatan. Apa yang mereka lakukan?
Didalam
rumah, ibu angkat merik sudah bangun, terlihat dia juga ikut berjalan menuju
arah selatan. Ada apa ini? Tanya batin merik.
Merik
yang penasaran pun langsung membuntuti ibunya, dan ternyata merik terkecoh,
warga yang berbondong-bondong ke arah selatan adalah menuju pasar yang di
selenggarakan saat subuh, karena bila sudah siang, panas dan barang dagangan
yang dijual juga sudah pada layu.
Ibu merik membeli berbagai keperluan untuk
makan sehari-hari, dan tidak lupa ia membelikan obat untuk merik.. selesai
berbelanja ibu joko pun langsung pulang menuju rumah, untung saja merik lebih
cepat pulang, dan kembali kekamar pura-pura tidur.
Merikk...
bangun nak... ibu sudah belikan obat untuk lukamu..
Ia
bu” jawab merik singkat.
Kemari,
sini ibu obatin lukamu..
Merik
mendekati ibu angkatnya, dan dengan sedikit segan ia mendekati ibu angkatnya,
“luka
merik sudah sembuh buk, sudah sehat, jawab merik
Sini,
gak usah bandel. Sekalian ibu mau cerita “
Cerita
apa bu?
Tadi
dipasar ada pengumuman, kalau raja kerajaan Besok ingin melangsungkan
pernikahan putra pertamanya, dan kamu
mau ikut ibu sama bapak tidak?
Merik
buk?
“Emang
merik boleh ikut?
Kamu
boleh ikut, ibu yang ajak.. semua warga disini boleh datang, dan semuanya di
undang.
Tapi..”
Gak
usah tapi-tapian, ibu sudah belikan baju buat kamu datang ke pernikahan putra
raja.
Teserah
ibu sajalah..
***
Keesokan
harinya, tepat dihari Upacara pernikahan putra Kerajaan Kutei Rukam yang
memiliki Nama “Gajam Meram” semua tamu hadir dengan membawa seserahan ala
kadarnya.
Gajah
meram menikah dengan seorang putri kerajaan Suka Negeri yang bernama Putri
Jinggai, awal mulanya upacara ini berlangsung dengan lancar hingga prosesi
ritual terakhir yaitu ritual kepercayaan Desa Lebong harus melakukan Ritual
Mandi di tempat pemandian Aket yang
berada tepi danau Tes.
Nasib
baik tak dapat dikejar¸ dan nasib buruk pun tak dapat di elakan, itulah yang
terjadi pada mempelai pria dan wanita, pada saat menjalani prosesi Ritual Mandi
tiba-tiba keduanya menghilang, dan tak seorangpun yang tahu kemana mereka
menghilang.
Mendengar
putra dan calon menantunya menghilang, Raja Bikau bermano dan permaisurinya
merasa cemas dan takut, khawatir hal buruk terjadi pada keduanya,. menutupi
rasa khawatiran itu, sang raja mengutus hulubalang untuk mencari putra dan
calon menantunya di pinggiran Danau bila perlu sampai ke dasar danau.
Segerombolan
hulubalang bergegas menunaikan perintah raja, menyelisiri bentangan danau yang
cukup luas. Lama mencari, pencarian gerombolan hulubalang tak membuahkan hasil,
dan mereka memutuskan untuk pulang kekerajaan.
Ampun
beribu Ampun baginda raja! Kami telah menyelusuri seluruh pelosok danau, akan
tetapi aden Gajah Meram belum juga kami termukan.
Apa..??
tanya sang raja dengan sangat panik.
Benar
baginda, kami sudah berusaha mencari disekitar danau, akan tetapi kami tidak
menemukan mereka, timbal salah satu hulubalang yang juga ikut dalam pencarian
itu.
Lalu
kemana perginya mereka..?
Ampun
beribu ampun, kami juga tidak tahu kemana mereka menghilangnya wahai baginda
raja, jawab hulu balang serentak sambil memberi hormat.
Sang
Raja terdiam, nampak mata berkunang-kunang, tangisan histerispun tak dapat
ditahan oleh permaisuri, sesekali ia berteriak,
“Kenapa
harus mereka yang hilang.. kenapa tidak aku..
“Untuk
apa kalian dengan anakku, apa salahku wahai dewata agung...
Sang
raja semakin bingung, diam dan memberikan banyak tanda tanya pada hulubalang
yang berada didepannya. Kemudian berdiri, mondar-mandir sambil mengelus
jenggotnya yang sudah memutih,
“Bendahara!
Kumpulkan seluruh hulubalang dan Keluarga kerajaan sekarang juga.! Titah sang
raja kepada bendahara..
Baik..
Baginda, titah baginda raja segera saya laksanakan.. jawab bendahara sambil
memberi hormat dan segera meninggalkan ruang Rapat istana menuju Gong
pemanggilan.
Tung...
Tung... Tungg.
Bunyi
gong tiga kali berdentung dengan kerasnya, itu menandakan adanya rapat hulu
balang dan keluarga kerajaan.
Beberapa
saat kemudian seluruh hulubalang dan keluarga kerajaan sudah berkumpul di
Lapangan tempat pesta pernikahan yang akan digelar.
Wahai
Rakyatku! Apakah ada diantara kalian yang mengetahui dimana keberadaan putra
dan calon menantuku.?
Semua
hadirin terdiam, hening tak seorangpun yang bergerak, semua seolah terhipnotis
akan pertanyaan yang dilontarkan sang raja. Dalam keheningan itu tiba-tiba Joko
Ayah angkatnya merik yang juga hadir angkat bicara.
“hormat
hamba, Baginda Raja.! Jika di izinkan hamba ingin bicara sesuatu.!”
“Biacaralah,
Wahai rakyatku, apakah kamu mengetahui keberadaan putra dan calon menantuku”?
tanya sang raja penasaran.
Mohon
ampun baginda! Setahu hamba, dan menurut terawangan mata bathinku, putra Gajah
Meram dan putri Jinggai diculik oleh raja Ular yang bertahta di bawah danau
Tes,” jawab Joko sambil memberikan hormat.”
“Raja
Ular itu sangat sakti, Licik, Kejam dan Suka menggangu manusia yang mandi di
danau Tes.” Tambahnya.
“benarkah
yang kamu katakan
“ampun
baginda raja.. itulah yang hamba ketahui tentang keberadaan Putra Raja..
Kalau
begitu, kita harus cepat menyelamatkan putra dan calon menantuku”
Tapi
bagaimana cara nya Baginda? Tanya hulu
balang
Rajapun
terdiam, bingung memikirkan bagaimana cara menyelamatkan putra pertama dan
calon menantunya.
“Ampun
baginda raja” Jikalau di izinkan, saya ingin mencoba untuk menyelamatkan putra
raja dan calon istrinya”
Siapa
kamu? Dan apakah kamu yakin dengan ucapanmu?
Ia.
Saya yakin dengan ucapan hamba, jikalau diperbolehkan saya ingin mencobanya.
Baiklah..
siapapun boleh ikut melakukan penyelamatan ini, dan bagi siapa yang bisa
menyelamatkannya, akan saya angkat menjadi tokoh penting dalam kerajaan ini.
***
Keesokan
harinya, berangkatlah Merik menuju Danau Tes, Setiba disana ia segera mencari
si Raja Ular. Gajah Merik pun menyelam hingga ke dasar danau. Tidak berapa
lama, ia pun menemukan tempat persembunyian Raja Ular itu. Ia melihat sebuah
gapura di depan mulut gua yang paling besar. Tanpa berpikir panjang, ia menuju
ke mulut gua itu. Namun, baru akan memasuki mulut gua, tiba-tiba ia dihadang
oleh dua ekor ular besar.
“Hai,
manusia! Kamu siapa?
Berani
sekali kamu masuk ke sini!” ancam salah satu dari ular itu. “Saya adalah Gajah
Merik hendak membebaskan Manusia yang kamu culik kemarin,” jawab Gajah Merik
dengan nada menantang.
“Kamu
tidak boleh masuk!” cegat ular itu.
Apa,
tidak boleh masuk? Hahhaha dasar ular bodoh, kalau aku tidak masuk, gimana aku
menyelamatkan putra raja?
Perdebatan
tidak terelakan, hingga pertikaian pun berlangsung. Setelah memenangkan
perkelahian terhadap 2 ular yang menghadangnya tadi merik terus menyusuri
lorong gua hingga masuk ke dalam. Setiap melewati pintu, ia selalu dihadang
oleh dua ekor ular besar. Namun, Gajah Merik selalu menang dalam perkelahian.
Ketika akan melewati pintu ketujuh, tiba-tiba Gajah Merik mendengar suara tawa
terbahak-bahak.
“Ha…
ha… ha…, anak manusia, anak manusia!”
Hei,
Raja Ular! Keluarlah jika kau berani!” tantang Merik sambil mundur beberapa
langkah.
Merasa
ditantang, sang Raja Ular pun mendesis. Desisannya mengeluarkan kepulan asap.
Beberapa saat kemudian, kepulan asap itu menjelma menjadi seekor ular raksasa.
“Hebat sekali kau anak kecil! Tidak seorang manusia pun yang mampu memasuki
istanaku. Kamu siapa dan apa maksud kedatanganmu?” tanya Raja Ular itu.
“Aku
Gajah Merik, Murid Eyang Tun Tuai dari Ilmu Persilatan Putih. Lepaskan Manusia
yang kamu culik kemarin atau aku musnahkan istana ini!” tambah Gajah Merik
mengancam.
“Ha…
ha…. ha…., anak ingusan, Aku akan melepaskan abangmu, tapi kamu harus penuhi
syaratku,” ujar Raja Ular.
“Apa
syarat itu?” tanya Gajah Merik.
“Pertama,
hidupkan kembali para pengawalku yang telah kamu bunuh. Kedua, kamu harus
mengalahkan aku,” jawab Raja Ular sambil tertawa berbahak-bahak. “Baiklah,
kalau itu maumu, hei Iblis!” seru Gajah Merik menantang. Dengan kesaktian yang
diperoleh dari eyangnya, Gajah Merik segera mengusap satu per satu mata
ular-ular yang telah dibunuhnya sambil membaca mantra. Dalam waktu sekejap,
ular-ular tersebut hidup kembali. Raja Ular terkejut melihat kesaktian merik.
“Aku
kagum kepadamu, Merik! Kau telah berhasil memenuhi syaratku yang pertama,” kata
Raja Ular. “Tapi, kamu tidak akan mampu memenuhi syarat kedua, yaitu
mengalahkan aku. Ha… ha… ha….!!!” tambah Raja Ular kembali tertawa
terbahak-bahak.
“Tunjukkanlah
kesaktianmu, kalau kamu berani!” tantang Gajah Merik. Tanpa berpikir panjang,
Raja Ular itu langsung mengibaskan ekornya ke arah Gajah Merik. Gajah Merik
yang sudah siap segera berkelit dengan lincahnya, sehingga terhindar dari
kibasan ekor Raja Ular itu. Perkelahian sengit pun terjadi. Keduanya silih
berganti menyerang dengan mengeluarkan jurus-jurus sakti masing-masing.
Begitu
lama merik berkelahi dengan raja Ular, namun belum ada salah satu yang
terkalahkan. Akan tetapi Raja Ular mulai kelelahan dan hampir kehabisan tenaga.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Gajah Merik. Ia terus menyerang hingga
akhirnya Raja Ular itu terdesak. Pada saat yang tepat, Gajah Merik segera
menusukkan Keris pusaka warisan eyangnya.
“Aduuuhh…
sakiiit!” jerit Raja Ular menahan rasa sakit. Melihat Raja Ular sudah tidak
berdaya, Gajah Merik mundur beberapa langkah untuk berjaga-jaga siapa tahu raja
ular itu tiba-tiba kembali menyerangnya. “Kamu memang hebat, anak kecil! Saya
mengaku kalah,” kata Raja Ular. Mendengar pengakuan itu, Gajah Merik pun segera
membebaskan Gajah Meram dan Putri Jinggai yang dikurung dalam sebuah ruangan.
Sementara
itu di istana, Raja Bikau Bermano beserta seluruh keluarga istana dilanda
kecemasan. Dan kecemasanpun snagat dirasakan oleh keluarga Joko selaku keluarga
angkat bagi merik.
sang
Raja memerintahkan beberapa hulubalang untuk menyusul Gajah Merik. Namun,
sebelum para hulubalang itu berangkat, tiba-tiba salah seorang hulubalang yang
ditugaskan menjaga tempat pemandian di tepi Danau Tes datang dengan
tergesa-gesa.
“Ampun,
Baginda! Gajah Merik telah kembali bersama Gajah Meram dan Putri Jinggai,”
lapor hulubalang.
“Ah, bagaimana mungkin? tanya baginda heran.
“Ampun,
Baginda! Kami yang sedang berjaga-jaga di danau itu juga terkejut, tiba-tiba
Gajah Merik muncul dari dalam danau bersama Gajah Meram dan Putri Jinggai.
Tidak
berapa lama kemudian, Gajah Merik, Gajah Meram, dan Putri Jinggai datang dengan
dikawal oleh beberapa hulubalang yang bertugas menjaga tempat pemandian itu.
Kedatangan mereka disambut gembira oleh sang Raja beserta seluruh keluarga
istana. Kabar kembalinya Gajah Meram dan keperkasaan Gajah Merik menyebar ke
seluruh pelosok negeri dengan cepat. Untuk menyambut keberhasilan itu, sang
Raja mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam. Setelah itu, sang Raja
menyerahkan tahta kerajaan kepada Gajah Meram. Namun, Gajah Meram menolak
penyerahan kekuasaan itu.
“Ampun,
Ayahanda! Yang paling berhak atas tahta kerajaan ini adalah Gajah Merik. Dialah
yang paling berjasa atas negeri ini, dan dia juga yang telah menyelamatkan
Ananda dan Putri Jinggai,” kata Gajah Meram. “Baiklah, jika kamu tidak
keberatan. Bersediakah kamu menjadi raja, Wahai Merik?” sang Raja kemudian
bertanya kepada Gajah Merik.
“Ampun,
Baginda Raja, saya tidak pantas menyandang itu semua, saya hanyalah rakyat
biasa yang kebetulan bermalam disebuah rumah penduduk. Menginap di keluarga
Joko, pengembala ternak.
Dan
yang berhak menjadi raja tetaplah Gajah Meram, dialah putra mahkota sah dalam
kerajaan ini.
Tapi....
Maafkan
hamba baginda raja, saya hanyalah rakyat biasa. Terpaksa saya menolak tawaran
baginda.
Semua
tamu yang hadir terbelalak memperhatikan percakapan yang terjadi, gajah meram
yang merasa dirinya tidak pantas menerima keputusan hanya berdiam diri, bingung
langkah apa yang harus ditempuh.
Baiklah,
untuk sementara ini saya akan tetap memberikan kekuasaan ini kepada putra saya
Gajah Meram,. Ucap raja bikau bermano.
Hentikan...
jangan dilanjutkan...
Kamu....!!
kenapa lagi kamu hadir ke kerajaan ini?
Dan
hipnotis apa lagi yang akan kamu perbuat? Bentak raja kepada Tun Tuai.
“inilah
sesuatu yang pernah saya bilang terdahulu, bahwa anakmu akan membawa kedamaian
dalam kerajaan ini, tapi kau tak mempercayainya, kau buang anak itu, kau
asingkan, tanpa kau beri kasih sayang sedikitpun. Kamu tau dimana anak itu
sekarang?
Persetaaaan...
hentikan omong kosongmu,
“dia..
dia adalah putra yang sengaja kamu buang, dia jugalah yang menyelamatkan
putramu, dialah yang menyelamatkan kakaknya.
Apa.??
Aku
yang mendidiknya, aku yang membesarkannya, dan aku yang mengajarinya ilmu bela
diri, sehingga ia mampu mengalahkan Raja ular dan menyelamatkan putramu.
Tidak..
ini tidka mungkin.. kamu pastri menipu,..
Menipu
atau tidak, tidak ada untung bagi saya,
Merik..
! (ucap raja)
Ayah...!!
Merik...!!
Ayah...”
merik berlari memeluk ayahnya, tetesan air matanya bercucuran membasahi setiap
langkah kakinya.
Maafkan
ayah nak.. “ ayah sudah menyia-nyiakanmu. Ayah tidak percaya akan kelahiranmu
yang serba mengundang ke anehan..
Ia
ayah... merik tau ituu, eyang sering bercerita perihal kelahiranku,, perihal
tanda-tanda kelahiranku..
Sedih,
senang dan bahagia bercampur menjadi, semua tamu-tamu yang hadir larut dalam
keharuan.. dan sejak kejadian itu, kerajaaan semakin berjaya dibawah pimpinan
Raja Gajah Merik, dan di kawal oleh Pengawal handal “Raja Ular” kepala Tujuh...
The end..
By. Ryan
Palembaja
Jalan Pasar Baru, no 34 Bintuhan, 38563
Kecamatan Kaur Selatan Kabupaten Kaur
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: GAJAH MERIK_Episode ULAR KEPALA 7
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://ompalembaja.blogspot.com/2013/04/gajah-merikepisode-ular-kepala-7.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar