wisata kaur

Posted by Unknown Minggu, 21 April 2013 0 komentar






Baca Selengkapnya ....

GAJAH MERIK_Episode ULAR KEPALA 7

Posted by Unknown Rabu, 10 April 2013 0 komentar
Satu

Matahari semakin melangkah menuju keatas kepala, desuh desah tiupan angin berlalu lalang memberikan kesejukan pada alam. Bising kicauan burung terdengar bersahut-sahutan dengan menimbulkan irama tersendiri, dan kawanan Kupu-kupu beterbangan mengikuti arah tiupan angin. Seakan hilang kendali kawanan pun melayang tinggi dan semakin meninggi. Sesekali kawanan kupu-kupu itu hinggap pada bunga-bunga yang sedang bermekaran di sepanjang jalan setapak desa yang tak jauh dari Kerajaan “Kutei Rukam”.
Gemercik Aliran sungai begitu kencang terdengar ditelinga, ketentraman dan keasliaan alamnya masih jelas tergambarkan.
Disisi lain, dalam lingkup istana Kerajaan banyak sekali prajurit yang mondar-mandir sedang berjaga-jaga, Pintu gerbang pertama, gerbang kedua, hingga di dekat masuk istana, semua dijaga ketat oleh penjaganya.
“Kerajaan Kutei Rukam merupakan sebuah kerajaan yang terletak di Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu, yang di pimpin oleh Raja Perkasa “Bikau Bermano”. memiliki Tujuh orang anak Lelaki.
Walau sudah memiliki 7 Orang Putera, Raja masih berkeinginan menambah keturunannya yang Merasa kurang adil dan kurang lengkap tanpa adanya sosok anak putri, dengan ke tidak puasan itu sang Raja Bikau Bermano berniat menambah keturunannya mendapatkan seorang anak puteri yang sangat cantik, yang mewarisi kecantikan dan keelokan ibunya.
Akan tetapi Hingga usia anak Bungsunya Air Langga berusia 8 Tahun, sang permaisuri belum menampakan hamil anak ke 8. Rasa duka dan kurang bahagia sangat dirasakan oleh sang raja, memiliki seorang putri merupakan harapan yang hampa.
3 tahun kemudian…
Menjelang 1 Hari perayaan Ulang Tahun ke 11 Air Langga, sang permaisuri merasakan ada sesuatu aneh didalam perutnya, mual, sakit dan terkadang merasakan lahap makan yang tak biasanya.
Dengan kejadian aneh itu, sang raja berharap istrinya mengandung dan melahirkan seorang puteri baginya. di campuri rasa takut Raja memerintahkan hulubalang untuk mencarikan tabib terbaik yang ada di muka bumi ini. Untuk mencari tahu, apa gerangaan yang dialami Permaisuri kerajaan.
Hulubalang yang mendapat titah langsung bergegas mencari tabib dan membawanya kekerajaan.
Sembah hamba padaku raja!
Ini saya bawakan Eyang Tun Tuai dari kerajaan seberang, semoga beliau bisa mengobati rasa mual dan sakit yang dialami oleh Tuan permaisuri. Ucap hulu balang memberikan hormat.
“Ya.. silahkan masuk.!!
Bawa Tabib itu menuju Kamar permaisuri.! Kata raja dengan gugup bercampur takut dan kalimat harapan permaisuri mengandung selalu di ucapkan dalam lenturan bibirnya.”
Krackkkkkkk…….kkkk
Pintu terbuka lebar, Raja, Hulubalang dan Eyang Tun Tuai memasuki kamar permaisuri kerajaan, ia sedang istirahat di atas tempat tidur sambil meringis menahankan rasa sakit pada perutnya.
Wahai Tun Tuai, ini istriku, tolong kau lihat apa yang terjadi pada istriku, jikalau dia sakit, sembuhkan penyakitnya, masalah biaya berapapun tabib minta akan kami penuhi .
Sembah Hamba Padaku raja! Akan saya coba untuk berusaha mengobati.
“sekalian minta ampun Paduka Raja, Bukan maksud lancang. Izinkan hamba mendekat melihat penyakit tuan permaisuri..
Silahkan..silahkan.. lakukan yang terbaik..
Saya usahakan tuan..!!
Dengan membaca Bismillah, Tun Tuai pun mulai melakukan pengobatan, dan penerawangan terhadap apa yang dialami sang permaisuri. Tidak memakan waktu 20 menit, Tun Tuai pun selesai melakukan pengobatan,. Dan sudah mengetahui apa yang dialami oleh ratu kerajaan.
Sembah hamba baginda raja.!
Alhamdulillah, ini bukan penyakit, tapi ini adalah anugrah, anugrah dari tuhan yang maha kuasa, tuan permaisuri mengandung Lagi.
Benarkah.? Tanya sang raja dengan wajah berseri.
Benar wahai Raja, tuan permaisuri mengandung.. “!
“!dan usia kandungannya pun sudah memasuki 9 bulan.
Sembilan bulan?
Tidak salahkah yang kau ucapkan itu Tun Tuai.? Kenapa bisa usia 9 bulan baru kami ketahui? Dan bagaimana dengan perut istriku yang tidak ada tanda-tanda hamil.
Kuasa agung baginda raja., tidak ada yang tidak mungkin, jika sang khalik pencifta dunia berkehendak, semuanya bisa saja terjadi. Dan bersyukurlah, bila bayi ini kelak lahir dia akan membawa ketentraman dan kedamaian buat kerajaan ini.
Apakah dia.. seorang puteri..?
Maaf baginda raja.. hamba tak bisa melihat apakah dia puteri atau putera, yang jelas dia bercahaya, ada keajaiban yang ia bawa ke bumi ini.. Anak yang cerdas, ramah dan tentunya sangat baik pada semuanya.
Oh dewata Agung, saya sudah memiliki 7 orang putera, alangkah bahagianya jikalau bayi lahir ini nanti seorang puteri yang kami idamkan selama ini.” (gumam tabib dalam hati).
Makasih..!!
makasih wahai Tun Tuai.. !!
jikalau Tun Tuai tidak keberatan, bermalamlah dulu dikerajaan kami ini, sebagai ungkapan rasa terima kasih kami, kami akan mengadakan Suguhan Makan, lagi Pula besok adalah pesta Ulang tahun putra kami yang ke tujuh “Air Langga”. Dan sekalian doa-doa bersama penyambutan kelahiran anak kami yang ke delapan.
Terima kasih. Bukan niat untuk menolak ajakan paduka raja, tapi hamba masih ada Urusan diluar sana yang tak dapat ditunda, jikalau cepat selesai saya berjanji akan segera kesini memunuhi undangan paduka raja.
Permisi. Assalamu’alaikum..
Tukas Tun Tuai sambil memberi hormat dan berjalan menjauhi Raja, kemudian menghilang dari pandangan semua isi kerajaan..
***

Perayaan Ultah putera ke Tujuh berjalan dengan mewahnya, tamu yang di undang hadir semua, menandakan kepatuhan tamu kepada undangan raja yang agung, ramah bijaksana dan baik hati.
Hadirin yang kami hormati, tibalah saatnya kita memasuki acara inti, yakni pemotongan Kue Oleh putera ke-7 dari pasangan raja Bikau Bermano dan Permaisuri Andini”” ucap pembawa acara dengan logat tegasnya.
Serentak tepuk tangan dan ucapaan hore dari tamu memecahkan ketegangan isi kerajaan, semua tamu yang menyaksikan ikut terbawa kebahagiaan yang dirasakan oleh se isi kerajaan. Potongan kue pertama diberikan sang putera kepada ibu permaisuri, rasa haru dan sedih tergambar dengan jatuhnya butiran air mata di pipi sang putera.
Selamat hari jadi puteraku sayang. Semoga kelak kau menjadi Anak yang selalu kuat, Hebat, cerdas, mewarisi sikap ayahmu yang bijaksana, Baik, ramah dan menjaga rakyatnya tanpa membedakan hak dan derajat.
“Amin.. Makasih Bunda... semoga apa yang bunda cita-citakan bisa ananda penuhi,
Setelah memberikan potongan kue untuk sang bunda, tidak lupa Air Langga memberikan potongan untuk sang ayah dan beberapa potongan buat kakak-kakaknya.. sungguh tergambar kebahagiaan dan keharmonisan dalam keluarga.
Dan begitupun dengan tamu-tamu yang ada, mereka pun tak kalah dengan keluarga raja,  para tamu mendapat suguhan kue dan makanan-makanan yang enak-enak, yang khusus di siapkan oleh para pekerja kerajaan.”
Semua yang hadir pada acara ulang tahun putera perajaan sangatlah senang dan merasakan kenyang yang tak terkirakan, dari awal memasuki kerajaan para tamu sudah di suguhi dengan berbagai macam makanan yang asing bagi mereka, terbayang belum pernah mereka merasakan makanan se enak dan selezat masakan kerajaan.
“Tarrrrr......cetarrrrr.......”!!
.....”””!Taaaaaarrrrr
“sedang asyik bercengkrama sambil menyantap makanan, tamu dan seisi kerajaaan dikejutkan bunyi petir yang menggelegar menembak bumi dibawah matahari yang bersinar penuh tanpa ada balingan  dari awan yang menggumpal..!!
“Ada apa ini..”!
“Apa yang terjadi’”!
“”kok aneh petirr hadir disaat hari cerah, tak ada nampak mendung sedikitpun./ ucap Raja, Permaisuri, Para hulu balang dan tamu-2 keheranan.
Wahai dewata yang agung, maafkan kami jikalau kami telah berbuat dosa selama mendiami bumi ini, tolong jangau siksa kami dengan ancaman petir yang menakutkan, kami ingin hidup damai, tentram.
Tarrrrrrrrrrrr…
Tarrrrrrrrrrr”””””
Assalamu’alaikum…
Ketahuilah, bahwa ini adalah hari lahirnya  seorang Penerus baru dalam kerajaan ini, ia akan membawa kedamaian, ketentraman bagi Kerajaan ini.
Tun Tuai...!! sang raja keheranan melihat tabib muncul seketika. Apa maksud Tun Tuai..??
Ia, sembah hamba baginda raja, setelah menyelesaikan urusan yang saya bilang kemarin, hamba berniat menepati janji hamba untuk datang kembali ke kerajaan ini.
“Tidak apa-apa. Pintu kerajaan ini terbuka buat Tun Tuai..“
Silahkan duduk, mendekatlah..!! bicaralah dengan jelas..!!
(belum sempat mendekat)
Tolong... tolong... tolong Kanda..
Kandaaaaaaa.... “ kenapa perut dinda tiba-tiba sakit...
Petir diluaran kembali menyambar saling bersahutan, sesekali dentuman dahsyat menggelegar membuat semua orang panik, bukan hanya manusia, hewan-hewan, serta tumbuhan pun merasakan kedahsyatan yang dikeluarkan petir.
Burung-burung terbang dari satu pohon ke pohon lain mencari tempat perlindungan dari sambaran petir, gajah-gajah, kuda serta hewan lain yang hidup di lingkungan kerajaan berlarian ke sana kemari, daun-daunan berguguran, debu beterbangan, sungguh kejadian alam yang tak biasanya.
di dalam kerajaaan lahirlah seorang Bayi Putera yang sangat kecil, Hitam, Berbulu, keanehan sungguh total terjadi, saat kelahiran tak ada suara yang ia keluarkan, semua orang yang menyaksikan terfana dan keheranan. Sang raja pun tak lepas dari rasa keheranan, sementara Tun Tuai hanya tersenyum dan berucap syukur,
“Inilah putera titisan yang di utus tuhan untuk menyempurnakan pemerintahan kerajaan ini, kelak nanti dia akan membawa banyak perubahan pada kerjaaan ini,”!
Tidak…Tidak Mungkin.. Ini pasti bukan puteraku.. kamu pasti penganut Ilmu hitam, kamu telah mengguna-gunai istriku untuk melahirkn seorang bayi setanmu.. Lihatlah, dia sangat berbeda dari puteraku yang lain…
Pengawal.. Tangkap dan asingkan orang ini ke hutan belantara dekat Goa Seluma, dia pasti penganut Ilmu hitam, dan bawa juga bayi setan ini dari kerajaan kita. Dan Pastikan mereka sengsara berada di hutan itu, saya tidak mau melihat mereka menginjak kerajaan.
Baik paduka raja, Titah paduka segera kami laksanakan.
“ayooo… ayoo..!!
Maaf paduka, saya tidak bersalah,, ini benar anak raja yang di utus tuhan,, saya tidak menganut ilmu hitam paduka raja..
“Syiiittt.. persetan.. disaat kau datang kekerajaan ini, saya sudah mencium keanehan padamu..
Ayoo… cepat, berjalan sendiri atau kami seret pakai kuda.? Gertak pengawal.
***



DUA


di Dalam Goa Seluma yang semustinya sepi tiada bermanusia, pada siang hari yang panas terik terdengar suara Percakapan manusia! Sekali-sekali percakapan itu hilang, berganti dengan suara yang membentak yang kadang-kadang dibarengi oleh suara gelak membahak lain! Jelas bahwa Lebih dari satu orang manusia di  dalam goa seluma saat itu! Dan terdengar juga tengah bertempur dengan segala kehebatan yang ada.
Bertempur sambil tertawa-tawa! Siapakah mereka ini?!
Berbadan tinggi langsing dan mengenakan pakaian serta kain hitam adalah seorang kakek berkulit sangat Putih. Kulit yang putih berkerinyut ini tak lebih hanya merupakan kulit tipis pembalut tulang saja! Mukanya cekung dan kecekungan ini merambas ke matanya sehingga matanya ini kelihatan demikian menyeramkan.
Siapakah kakek ini? Dialah yang bernama Tun Tuai, seorang Pria sakti yang menguasai banyak keahlian, selain mampu mengobati luka parah, Tenung, ia juga memiliki ilmu kanuragan yang handal, dan tak tertandingi. Selama malang melintang dalam dunia persilatan itu, 25 tahun terakhir Tun Tuai telah merajai dunia persilatan di daerah  Sumatera bahkan sampai-sampai Keluar Sumatera. Selama itu pula dia telah menyapu dan membasmi habis segala manusia jahat.
Terhadap manusia-manusia jahat, tak sungkan bagi Tun Tuai untuk membunuhnya! Nama asli dari kakek ini sendiri adalah Datuk Larang Tapa. Sedangkan Tun Tuai merupakan nama pemberian Tokoh-tokoh persilatan terkemuka,. Sejak diberi nama tersebut, nama asli Datuk Larang Tapa hilang bak ditelan bumi.
Lalu Siapa pula orang kedua yang berada di dalam Goa Seluma itu dan yang saat itu bertempur menghadapi Tun Tuai? Dia seorang pemuda belia remaja yang baru memasuki usia Delapan Belas Tahun. Tubuhnya tegap, tampangnya gagah dan kulitnya bersih kuning. Rambutnya gondrong sebahu dan agak acak-acakan, Sebenarnya kedua orang itu sama sekali bukan tengah bertempur karena pemuda delapan belas tahun tersebut adalah “gajah Merik” murid Tun Tuai sendiri!
Seorang bocah yang di Asingkan Ayahnya Sendiri Raja Bikau Bermano karena telah dianggap mencoreng nama kerajaan dengan lahir sebagai bayi cacat.”
Ayo merik, kau gunakan keris Pusakamu, Hadapi Guru.. Tantang Tun Tuai yang hanya menggunakan sebilah tongkat kayu yang tak tau berapa tahun umurnya,
Ciaaaaaaaaaaaaaaaattttt.... dengan secepat kilat Merik melangkah membabatkan kerisnya ke depan Tun Tuai, dengan santainya Tun Tuai menangkis dengan tongkat tua yang sangat sakti, biarkan hanya sebuah kayu, tapi tongkat itu bukan tongkat sembarangan, setiap kali dilagakan dengan keris mengeluarkan dentingan yang dahsyat seperti laganya besi melawan besi.
Tiba-tiba. ”Ini balasan kehormatan untuk keris bututmu, Merik!” Tun Tuai memukulkan tongkat andalan ke arah Pantat merik, dan berteriak awas celanamu melorot.
Meskipun sudah diperingatkan, dan meskipun sudah mengelak dengan kecepatan kilat,  ujung tongkat Eyang Tun Tuai mengeluarkan besi kecil yang seketika merobek celana merik.  Dan membuat celana itu melorot ke bawah.
Ughhh eyang jahaaaat... “ celanaku robek jadinya eyaang..
“kamu itu gak boleh manja, kamu harus kuat, apa jadinya kalau ada musuh datang dengan seketika, kamu bisa mampus dengan seketika.
Tapi eyang....!!
Sudah jangan pakai tapi-tapi, lekas latihan kembali.. kamu harus kuat, kamu harus belajar dengan giat, biar kamu menjadi orang kuat dan hebat,
Siap eyang..!!”
Bagus” sekarang tolong ambil buah-buahan diatas sana, kau gak boleh menggunakan tangga ataupun kayu untuk mengambilnyaa.. kamu harus memanJat atau terbang gunakan Ilmu peringan Tubuh yang eyang ceritakan Semalam.
Terbang” bagai mana bisa eyang.”?
Merik belum eyang ajarkan ilmu peringan tubuh, jadi sangat sulit untuk melakukannya eyang..!
Ilmu itu akan mengalir sendiri kepada orang yang benar-benar siap menyandangnya. Dan eyang yakin Kalau kamu berusaha, kamu pasti bisa,, jangankan terbaNG  mengambil buah, terbang jauh pun kamu bisa.
‘makanya kamu harus belajar dengan giat..””!!
“Siap”… Tapi.. kita istirahat dulu eyang.. merik udaaah letih..
“yasudah kita istirahat dulu,” Eyang sebenarnya juga sudah letih, maklum usia eyang sudah tua, berjalan saja sudah susah..
Dengan meneguk segelas minuman dan tanpa menelannya, datuk / eyang Larang tapa meludahkan semuanya,! kaget bukan kepalang yang dirasakan Merik, sebab Air minum yang masuk kedalam mulut eyang berubah menjadi sebuah semburan dahsat (semburan Petir Biru)  dan mematikan rerumputan yang kena percikan minuman itu.
Hebatt..!! eyang sungguh hebat..
Dengan hanya menggunakan seteguk air, eyang bisa membunuh tumbuhan di sekeliling ini,, tapi… apakah ilmu eyang ini bisa membunuh musuh juga? (Tanya merik sambil garuk-garuk kepala)
Lengkingan tawa eyang memecahkan keheningan di Goa Seluma, dengan sigap ia terbang menuju pucuk pohon yang rindang, kiri kanan ia menatap berselang, lalu ia memantapkan pandangannya tertuju pada pohon kecil yang selalu bergoyang, ada apa gerangan.? Kenapa dengan pohon kecil itu?
Secepat kilat, eyang langsung menghembuskan serbuan air dari mulutnya dan..
Seketika babi hutan yang sedang bersembunyi di bawah pohon kecil yang sejak tadi diperhatikan eyang hangus dan mati menggenaskan.
“eyang.. kenapa eyang membunuhnya?
“eyang hanya ingin membuktikan, kalau ilmu yang akan eyang wariskan kepadamu bukanlah ilmu biasa, ilmu ini merupakan ilmu andalan eyang, tak ada seorangpun jagoan jagat raya ini yang memilikinya, bahkan termasuk kawan seperguruan eyang dahulu.
Lalu..!! kenapa eyang memberikannya kepada meriK? Bukankah ilmu itu, ilmu langka.?
Sebagai penerus kerajaan yang berhati baik sepertimu, kamu layak memilikinya wahai muridku., “ tak ada keraguan dalam hati guru untuk mewariskannya kepadamu, sebab eyang percaya kau hanya akan menggunakannya dikala kamu terdesak dan teraniaya,
Ampun eyang..” merik tak berniat memilikinya.. bagi merik menjadi manusia biasa, dan bisa ilmu beladiri selangkah dua langkah itu sudah cukup. Karena merik takut, jikalau merik sudah memilikinya merik tak sanggup membendung diri untuk menggunakannya dijalan yang benar.
***


Malam semakin larut, tiupan angin sangat terasa menusuk-nusuk tulang dan nyaris membekukan. Panas Bara api unggun yang di buat eyang larang Tapa dekat tempat tidur tak mampu menghangatkan sekeliling Goa. Walau begitu eyang Larang tapa masih enggan untuk beranjak ke tempat tidur  terbuat dari tumpukan daun-daunan yang lembut, dan sangat nyaman untuk di tiduri.
Merik memperhatikan dari kejauhan, eyang sedang bekerja, apa yang sedang ia kerjakan?
Rasa kantuk dan lelah yang melanda merik tak dapat terbendung lagi, ia begitu letih setelah berlatih berhari-hari dengan eyang gurunya.
“’Eyang.. Merik tidur duluan ya.!
“Mata merik sudah tidak bisa diajak kompromi lagi,
“Hemmm. Hela napas eyang yang sedang fokus membuat sebuah Kipas…
Kipas.?? Kipas apakah itu?
Bukankah cuaca sudah terlalu dingin untuk berkipas?
Dasar eyang kurang kerjaaan gerutu merik,.” Mending eyang tidur juga, malam sudah larut, nanti eyang sakit kalau setiap malam selalu lembur, dan selaluu sibuk dengan kipas yang tidak penting..
Kamu tidurlah duluan, kipas ini tanggung untuk dihentikan, malam ini harus sudah selesai, sebab kipas ini akan eyang wariskan pada kamu merik,.
Teseraaaahlah.. merik udah ngantukkk… !!
 “malam sunyi semakin sunyi.. eyang giat bekerja dikeheningan malam, tak pernah ia menguap walaupun hanya 1 kali, sedangkan malam sudah sangat larut..
***




TIGA


“krackkkkkkkkkkk…
Krackkkkkkk.. “
“””Gubrakkkkk///…!!
Dahan besar Pohon beringin yang tumbuh di Muka Gua Seluma tiba-tiba tumbang, sehingga membangunkan merik yang sedang tertidur dengan pulas, dengan berat hati Merik beranjak dari tempat tidurnya dan sesekali mengucek matanya yang sangat Ngantuk…
“Oaammm… Bangsattttt Siapa malam-malam sudah penebangan pohon. Gerutu merik yang terus mengucek-ngucek matanya.
Tiba-tiba Skriiinggggggggggggggg…..Tubbbbgggggg”!
Kepingan Kayu terbang dari langit hampir saja menghantam Kepala merik dan merik pun langsung mengelak kearah samping beberapa langkah,
Hei.. Siapa disana.! Keluar kalau kau berani, hadapi aku..
Aku hitung sampai tiga, kalau tidak keluar, tiada ampun bagimu…
Satu….. Duaa….. tiii…!!!
Scriiiinggg …… turrrrrrrrrrrrr
Lagi-lagi kepingan kayu terbang dari arah yang tak menentu Dan kali ini kepingan kayu tersebut bertuliskan pesan kalimat jawa kuno yang berbunyi”
“Ketahuilah merik, eyang sudah tidak bisa lagi mendampingimu, eyang harus pergi, eyang titip pusaka eyang dalam peti di bawah tempat tidur eyang kepadamu, kau harus gunakan dijalan yang benar jangan sesekali kau pergunakan dijalan yang salah.
Di dalam peti tersebut ada Sebuah keris Sakti, mampu menembus 4 lapisan dinding, bisa memotong benda keras seperti besi dan baja, Sebuah Kipas Katulistiwa mampu menerbangkan batu berat dan besar, serta Buku Ilmu yang belum sempat eyang turunkan kepadamu. Maafkan eyang yang tak membangunkanmu disaat eyang pergi, eyang tak mau kau menangisi kepergian eyang...”
Belum selesai membacanya air mata merik jatuh tak terbendung, mengalir sejadi-jadinya membasahi bumi Seluma yang tak berpenghuni selain Ia dan eyang..
Eyang….!!.. kenapa eyang begitu cepat meninggalkanku. Eyang Kemana..?? eyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang…… teriak merik dengan lantangnya.
Lalu tiba-tiba suara mengambang terdengar dengar jelas dari langit bumi
“Janganlah bersedih merik, eyang Tidak seutuhnya pergi, eyang selalu didekatmu, eyang selalu memperhatikanmu, kau baca dan kau pelajarilah buku yang eyang titipkan, jika bersungguh-sungguh ilmu itu akan mudah mengalir ditubuhmu, dan jikalau ilmu itu sudah kau kuasai,  segera tinggalkan Goa Seluma Itu, mengembaralah, bantulah orang yang kesusahan, dan hukumlah orang yang semena-mena. Jikalau kau mampu menjalankannya niscaya kebenaran akan mengungkapkan sesuatu peristiwa penting kepadamu. Peristiwa diapa kamu, dan siapa orang tuamu.. Kelak.. dilain waktu kita pasti bertemu lagi..
            Tapi kenapa harus secepat ini eyang…. Gumam merik dalam hati, dan bangkit menuju tempat tidur eyang, mencari peti yang berisikan benda-benda trakhir eyang.
***


Seminggu peninggalan eyang, rasa sedih dan lesu masih tergambar di tubuh merik, ia masih enggan untuk melangkah dan menunaikan wasiat eyangnya untuk mempelajari ilmu yang belum sempat diwariskan kepada merik.
Minggu berlalu menjadi bulan, dan bulan pun berlalu menjadi tahun, merik mulai menyadari sikapnya yang keliru, dan kini ia berniat berubah menata Kehidupan Goa yang sepi menjadi kegiatan gemilang, demi wasiat gurunya membantu orang yang lemah dan membasmi orang-orang jahat.
Merik menghampiri Peti Warisan eyang Tun Tuai dan mengambil buku yang terbuat dari susunan bermacam-macam Daun-daunan, dengan tulisan Tinta perasan Kunyit Hutan.
Dengan bingung, merik mulai membolak-balik tumpukan buku tersebut, dan sesekali ia mengerenyitkan keningnya, seraya memikirkan apa maksud dari tulisan buku tersebut.
“Ilmu Peringan Tubuh. Hemmm inikah ilmu yang eyang ceritakan terdahulu, benarkah ilmu itu ada.?
Agh dari pada mikir yang bukan-bukan mending aku langsung pelajari saja, gumam merik dan melangkah menuju laman Goa yang lantang.
Dengan Sigap memasang kuda-kuda, merik mempraktikan seluruh petunjuk yang tertulis didalam buku wasiat eyang gurunya. Gagal, gagal dan kegagalan terus saja yang terjadi, merik mulai kelelahan, dan rasa tidak percaya diri mulai menghantui.
Hem… susah sekali.. apa eyang Cuma main-main dengan ilmu ini, jangan-jangan eyang hanya mengerjaiku saja, tukas merik.
Tapi…!! Tidak mungkin, ini ilmu emang benar ada. buktinya eyang emang bisa terbang, dan eyang bisa berjalan diatas air.. aku harus usaha lebih giat lagi, emosi batin merik mulai menaiki tingkat teratas. dengan semangat ia berlatih siang dan malam, mempelajari seluruh ilmu yang diwasiatkn eyang Tun Tuai kepadanya.
Tak terasa 3 tahun sepeninggalan eyang, merik sudah menguasai 6 ilmu yang diwasiatkan kepadanya. Serta 4 Ilmu yang ia kuasai dikala eyang masih ada.
Jadi sudah 10 ilmu Eyang Tun Tuai yang berhasil dipelajari yaitu :
1.    Ilmu Peringan Tubuh
2.    Semburan Kilat Biru
3.    Ilmu Menghilang
4.    Ilmu Penghentak Bumi
5.    Pukulan Topan Penghancur Goa
6.    Ilmu Kipas Sakti
7.    Ilmu Kuku Elang Perobek Sukma
8.    Ilmu Kebal
9.    Ilmu penakluk Hewan Liar
10. Pukulan Katulistiwa
Dan masih Ada 3 jenis Ilmu lagi yang belum berhasil merik kuasai, yakni
1.    Ilmu Bicara dengan hewan
2.    Ilmu Penawar Racun
3.    Ilmu Memanggil Eyang Guru (Tun Tuai)
Dengan bermodalkan 6 Ilmu yang dia pelajari sendiri dan 4 Ilmu yang ia kuasai disaat eyang masih ada, membuat merik sudah cukup mantap untuk melangkah meninggalkan goa mencari tau apa maksud perkataan gurunya tempo dulu.
***

Hujan diluaran terus turun membasahi permukaan bumi yang berdebu karena akhir-akhir panas yang terus mendera, tetes demi tetes air mengalir perlahan sudah menggenangi selokan di sekitar goa.
Dan Air terjun yang terletak di belakang Goa dahulu sempat mati kini mulai hidup kembali, aliran air yang dikeluarkan sekarang cukuplah besar, walaupun belum senormal sedia kala.
Merik sibuk dengan perbekalan, ia tata semua barang di goa, dan menyusun beberapa perlengkapan untuk dibawa turun Meninggalkan goa. Niatnya untuk meninggalkan goa sudah bulat, tak ada lagi pikiran untuk menunggu hingga eyangnya kembali.,
Setelah sekian lama berkemas, dan semua perlengkapan sudah di siapkan merik menatap kearah luar goa, dan tersenyum karena hujan sudah berhenti, niatnya untuk turun tak terhalangi lagi.
Diraihnya pusaka titipan eyang, lalu dibungkus dengan kain putih yang sudah lusuh, dan menggendongnya layaknya menggendong bayi kecil yang kaku. Merik melangkahkan kakinya kearah barat yang menurut cerita eyangnya disana ada kehidupan perdesaan yang dihuni oleh beragam macam manusia.
Langkah demi langkah, tak terasa merik sudah menempuh belasan kilometer dari Goa, mengenai Desa yang diceritakan eyangnya belum juga nampak dimata., merik Merasa kakinya mulai lelah, ia mengambil air yang terdapat dalam botol terbuat dari potongan bambu kecil.
Diteguknya air tersebut dan kembali melangkahkan kakinya menyosori jalanan kecil yang sedikit bergelombang,
Apakah jalan ini salah?
Merik mulai ragu dengan langkah kakinya, matanya menatap kiri dan kanan jalan secara bergantian, ia tak menemukan ada tanda jejak-jejak pejalan yang melewati jalan tersebut.
Eyaang... kemana murid mu ini harus melangkah?
Merik terus melangkah,”
Walaupun matahari tidak begitu panas, merik meraih sebuah daun yang cukup besar untuk berkipas, sesekali ia mengelap keringat di dahinya yang keluar karena kelelahan berjalan puluhan Kilometer, baju yang ia kenakan pun tak luput dari basahan keringatnya,
Merasa sudah berjam-jam berjalan, merik beristirahat sejenak dibawah pohon yang cukup rindang, lalu membuka bundelan yang sejak tadi ia bawa dari dalam Goa seluma, diambilnya satu potong Singkong bakar, dan langsung melahapnya,
Sedang asyik mengunyah singkong bakar, tiba-tiba rombonga kuda melengking dengan di ikuti bunyian orang yang sedang mengendalikan kuda tersebut.
Ayooo... ayooo cepat jalan...!!
Belasan pengendara kuda berlaju dengan cepatnya, merik yang kelelahan segera bangkit dan bergegas berlalri mengikuti rombongan kuda tersebut.
Belum begitu jauh berlari, merik bertemu dengan 3 Orang yang terdiri dari bapak, Ibu dan 1 orang anak kecil, sepertinya mereka adalah 1 Keluarga, keluarga petani yang sedang berjalan sambil memikul rumput pakan ternak.
Siang pak.. permisi,
Ia ada apa nak, ada yang bisa bapak bantu?
“nama saya merik,”
“perdesaan sini letaknya dimana ya pak?
Desa apa? (jawab pengembala
“emang disini ada berapa desa?
Lagh anak ini mau nyari desa apa? Disini ada 5 desa yang terletak berdekatan, dan semua desa ini bawah pemerintahan kerajaan “kutai Bermano” dekat.. di balik Bukit sana,!
Saya... saya berasal dari Goa Seluma pak, dulu saya tinggal sama eyang di dalam goa tersebut. Tapi....!! belakangan dia pergi meninggalkanku sendiri,
Ooooo... Kalau anak ingin istirahat dan melepas lelah, mari ikut kami, tinggalah kerumah kami, kebetulan dirumah Cuma kami bertiga. Ajak seorang ibu yang sedari tadi hanya diam mendengarkan percakapan merik dan suaminya.
Sudah.. tidak usah mikir lagi, mari ikut kami kerumah, bapakpun mengajak merik.
I..aa,,, ia pak...
“saya emang lelah, dari tadi pagi berjalan sangat jauh.”
***
Seminggu sudah merik hadir dalam kehidupan keluarga pak Joko, istrinya, serta anaknya andini yang masih berusia 9 tahun. Setiap hari merik membantu pak joko mengembalakan ternak, dan menyabit rumput untuk pakai ternak. Semua itu dilakukan merik dengan senang,
Pada suatu hari, ketika sedang sibuk mengumpulkan rumput, merik melihat kawanan rampok sedang menghadang seorang bapak tua yang terlihat membawa uang hasil penjualan ternak.
Beberapa kali kawanan rampok itu menghardik, memaki dan memaksa bapak tua itu untuk memberikan uang penjualan ternak tersebut secara baik-baik, kalau tidak kawanan itu tidak akan segan-segan membunuh semua yang menghalangi niat mereka.
Melihat kejadian itu merik berdiam, dan memperhatikan dari semak-semak, secara lebih dekat.
Ayoo... cepat serahkan uang itu, kami hitung sampai tiga, kalau tidak, kau akan kami kirim keneraka..
Hahahahahahah gelak tawa kawanan rampok bersahut-sahutan.
Maaf den.. ini uang buat juragan saya, saya hanya membantu menjualkan kambingnya pada pemilik warung makan didesa seberang.
Cepat... cepat serahkan.. saya tak peduli, mau uang juragan atau uang tuhan sekalipun...
Maaf den.. nanti saya dimarahin..
Bangsaaat.... kamu lebih takut kepadanya dfari pada kami? Bentak kawanan rampok yang menggunakan pakaian serba hitam, dan bercadar hitam.
“bukan maksud begitu den.. saya hanya petani kecil, dan saya hanya menjaga amanat juragan saya..
Persetan dengan juraganmu.. cepat serahkan,
Tidak.. tidak bisa den.. ini bukan uang saya..
Kamu pilih mampus, atau memberikan uang tersebut? Tanya seorag perampok yang sudah siap menghujamkan pedangnya ke perut petani tersebut.
Maafkan saya den..
“Merik masih berdiam,, bersembunyi di balik semak-semak. Apa yang akan dilakukan merik? Apakah merik takut?
Lenting 1. Kau bereskan bapak tua bangka ini, bunuh saja dia, bila dia tak mau mengasihkan uang itu secara baik-baik..
Baik bos.”
Heii kau tua bangka, cepat serahkan kesini uangnya, atauu nyawamuu melayang hari ini juga.
Tii...tiii.. tidak bisa den... saya tidak bisa memberikan uang ini kepada siapapun, ini amanat juragan sya den..
Ougghhh,, klw begitu kamu lebih bersedia mampus dipedang ku?
Baiklah bersiaplah, dan ucapkan kata-kata terakhir...
“ya Tuhan. Lindungi aku.. “
Belum juga berubah pikiran? Tanya lenting 1.
Tetap tidak bisa den.. ini amanat juragan saya...
 Berarti kami lebih suka mati yaa...!
Rasakan ini,,,,”
Lenting 1 Mengayuhkan pedangnya ke arah bapak tua tersebut, dengan sigap, merik yang sedari tadi bersembunyi terbang menangkis kibasan pedang yang di layangkan oleh lenting 1.
Keparat.. siapa kamu?
Dan apa urusanmu menghalangi keinginan kami?
Hahaha hahahha hahhaha.. kalian tidak usah tau siapa aku... yang jelas, saya akan selalu menghalangi setiap kejadian yang diluar kodratnya.
Bangsat... kamu berani-beraninya menantang kami 3 Perampok dari Utara.
Hahhaha.. apa? Perampok dari utara?
xixixi. siapa takuttt.....”
merasa di lecehkan lenting 1 dan lenting dua langsung menyerang merik dengan berbagai langkah silat yang mematikan, dentingan bunyi pedang yang dkeluarkan para perampok begitu menyilukan gigi, akan tetapi merik masih santai menghadapi mereka, melawan mereka hanya menggunakan tangan kosong.
Heii cucungukkk sampah... keluarkan semua jurus kalian.. jangan hanya bisa menindas rakyat yang sudah tua-tua,,
Kalau kalian memang jagoan, hadapi aku, ayoo.. langsung saja kalian bertiga, suruh bos mu yang maju.. hahaa tawa merik meremehkan kawanan prampok.
Ciaaattttt.... lagi- lagi lenting satu dan dua mengibaskan pedangnya menyerang merik, membabi-buta dengan jurus “kibasan pedang pelebur Bumi”.
Sedikit menghindar, merik terbang ke atas pohon dna kembali menertawakn prampok-prampok busuk.
Hahha itu saja kemampuan kalian?
Ayooo, sekarang ajak bos mu dan kalian bertiga yang melawan aku.. keluarkan semua jurus yang pernah kalian pelajari.
Keparat.. kau meremehkanku..
“lenting 1, leting dua.. kalian cukup diam dan menjadi saksi, biar aku sendiri yang menghadapi bocah ingusan ini, kata bos perampok yang bernama Dwi Jaya.
Aaaaaaaaaaaa........ teriak Dwi Jaya, dengan seketika Kukunya memanjang, dan taring giginyapun tak kalah ikut memanjang.
Apa ilmu “iblis Haus darah?” ucap merik dalam hati.
“baiklah, akan aku hadapi kalian dengan jurus Kipas Saktiku,,
Perlawanan sengit terjadi antara Dwi jaya dan Merik sungguh menyeramkan, jurus-jurus andalan yang dimiliki masing-masing silih berganti di tujukan, merik yang sedari tadi bermain-main kini sudah serius dan merasa kewalahan melawan Dwi jaya.
Sementara lenting satu, lenting Dua dan pak tua tak berkedip melihat perkelahian maut itu,
Terima ini bangsaaat...!! teriak dwi jaya dengan lantang. Sambil melayangkan telapak tanganya mencakar wajah merik yang sedikit meleset kearah dada. Dengan kejadian itu, dada merik mengalami luka cakar dan mengeluarkan darah segar. Merik yang sedikit terpojok dengan cepat membalas serangan itu dengan cara memukulkan kipas saktinya. Seketika angin dari kipas itu menerbangkan Dwi jaya hingga terpental menghantam batang pohon. Hingga menyebabkan dwi Jaya mati.
Melihat Bos mereka sudah mati, lenting satu dan lenting dua ambil langkah menyerang merik dari arah yang berlawanan. Karena sudah cukup lelah serangan yang di lajukan lenting satu dan dua tak dapat di elakan. Pukulan dahsyat menghantam pipi merik hingga mengeluarkan darah dai pojok mulutnya.
Agh... merik berdesah, mengusap darah yang keluar dari mulutnya.
Ayooo... menyerah saja, kau tak akan mampu mengalahkan kami, si Kembar Lenting satu dan dua.,
Hahahha gelak tawa perampok terdengar mengetuk-ngetuk hati merik.. dengan emosi, merik bangkit mengatur langkah mengeluarkan jurus andalannya “Semburan Kilat Biru”
Diraihnya seteguk minuman terletak dekat tumpukan rumput yang sedari tadi ia kumpulkan..
Hahahaha hahhaha anak ingusan capek.. dia butuh minum.. hardik lenting 2.
Dengan marah merik langsung menghembuskan air yang diteguknya tadi, lalu seketika lenting satu dan lenting dua hangus terbakar. Bapak tua yang nyaris kerampokan kaget bukan kepalang melihatnya.
Makasih.. makasih den... aden sudah menolong bapak...
Sama-sama pak..!!
“aden baik-baik saja”? demana sakit den?
Tidak apa-apa pak, bentaran juga sembuh...
Sekali lagi makasih nak.. sini bapak antar, kamu tinggal dimana?
Enggak usah pak. Ntar merepotkan, bapak silahkan pulang..
“tidak.. tidak apa-apa nak, sini bapak antar, sebagai ungkapan rasa terima kasih bapak kepadamu, yang telah menolong bapak dari perampok jahanam yang selalu meresahkan warga.
Ngomong-ngomong kamu tinggal dimana?
Saya pendatang baru pak, saya.. tinggal dirumahnya bapak joko. Yang enggak jauh dari sini.
Bapak joko yang seorang pengembala ternak itu ya?
Kok bapak tau?
Saya kenal sama pak joko. Dia itu teman saya sesama pengembala ternak disini.
“mari Bapak antar kerumah,!
Mari pak..!
Sambil bercakap panjang lebar, dan saling menghibur akhirnya merik dan bapak pengembala ternak itu tiba di depan rumah pak joko, dan bapak itupun langsung bergegas mohon pulang, takut dimarahin sang juragannya. setiba dirumah, merik langsung di terpa pertanyaan banyak dari ibu angkatnya istri pak Joko.
Apa yang terjadi nak.. kok lukamu parah gini, siapa yang melakukan? Siapa yang mengeroyok kamu?
Gak apa-apa Bu, ini Cuma luka dikit, paling besok udah sembuh,”
Luka dikit gimana, tu dadamu berdarah terus, besok Ibuk carikan obat di pasar untuk mengobati luka-lukamu itu, biar tidak sakit lagi..
Makasih buk..
Ya.. sekarang kamu istirahat aja duluu...
***











EMPAT

Ayam jago berkokok saling berbalas-balasan satu antara yang lainnya, hiruk pikuk bunyi kuda, gerobak dan sapi yang menariknya terdengar dari dalam rumah, merik menyingkapkan sedikit jendela kamarnya, ia melihat banyak orang berjalan searah menuju ke selatan. Apa yang mereka lakukan?
Didalam rumah, ibu angkat merik sudah bangun, terlihat dia juga ikut berjalan menuju arah selatan. Ada apa ini? Tanya batin merik.
Merik yang penasaran pun langsung membuntuti ibunya, dan ternyata merik terkecoh, warga yang berbondong-bondong ke arah selatan adalah menuju pasar yang di selenggarakan saat subuh, karena bila sudah siang, panas dan barang dagangan yang dijual juga sudah pada layu.
 Ibu merik membeli berbagai keperluan untuk makan sehari-hari, dan tidak lupa ia membelikan obat untuk merik.. selesai berbelanja ibu joko pun langsung pulang menuju rumah, untung saja merik lebih cepat pulang, dan kembali kekamar pura-pura tidur.
Merikk... bangun nak... ibu sudah belikan obat untuk lukamu..
Ia bu” jawab merik singkat.
Kemari, sini ibu obatin lukamu..
Merik mendekati ibu angkatnya, dan dengan sedikit segan ia mendekati ibu angkatnya,
“luka merik sudah sembuh buk, sudah sehat, jawab merik
Sini, gak usah bandel. Sekalian ibu mau cerita “
Cerita apa bu?
Tadi dipasar ada pengumuman, kalau raja kerajaan Besok ingin melangsungkan pernikahan  putra pertamanya, dan kamu mau ikut ibu sama bapak tidak?
Merik buk?
“Emang merik boleh ikut?
Kamu boleh ikut, ibu yang ajak.. semua warga disini boleh datang, dan semuanya di undang.
Tapi..”
Gak usah tapi-tapian, ibu sudah belikan baju buat kamu datang ke pernikahan putra raja.
Teserah ibu sajalah..
***

Keesokan harinya, tepat dihari Upacara pernikahan putra Kerajaan Kutei Rukam yang memiliki Nama “Gajam Meram” semua tamu hadir dengan membawa seserahan ala kadarnya.
Gajah meram menikah dengan seorang putri kerajaan Suka Negeri yang bernama Putri Jinggai, awal mulanya upacara ini berlangsung dengan lancar hingga prosesi ritual terakhir yaitu ritual kepercayaan Desa Lebong harus melakukan Ritual Mandi di tempat pemandian Aket yang berada tepi danau Tes.
Nasib baik tak dapat dikejar¸ dan nasib buruk pun tak dapat di elakan, itulah yang terjadi pada mempelai pria dan wanita, pada saat menjalani prosesi Ritual Mandi tiba­-tiba keduanya menghilang, dan tak seorangpun yang tahu kemana mereka menghilang.
Mendengar putra dan calon menantunya menghilang, Raja Bikau bermano dan permaisurinya merasa cemas dan takut, khawatir hal buruk terjadi pada keduanya,. menutupi rasa khawatiran itu, sang raja mengutus hulubalang untuk mencari putra dan calon menantunya di pinggiran Danau bila perlu sampai ke dasar danau.
Segerombolan hulubalang bergegas menunaikan perintah raja, menyelisiri bentangan danau yang cukup luas. Lama mencari, pencarian gerombolan hulubalang tak membuahkan hasil, dan mereka memutuskan untuk pulang kekerajaan.
Ampun beribu Ampun baginda raja! Kami telah menyelusuri seluruh pelosok danau, akan tetapi aden Gajah Meram belum juga kami termukan.
Apa..?? tanya sang raja dengan sangat panik.
Benar baginda, kami sudah berusaha mencari disekitar danau, akan tetapi kami tidak menemukan mereka, timbal salah satu hulubalang yang juga ikut dalam pencarian itu.
Lalu kemana perginya mereka..?
Ampun beribu ampun, kami juga tidak tahu kemana mereka menghilangnya wahai baginda raja, jawab hulu balang serentak sambil memberi hormat.
Sang Raja terdiam, nampak mata berkunang-kunang, tangisan histerispun tak dapat ditahan oleh permaisuri, sesekali ia berteriak,
“Kenapa harus mereka yang hilang.. kenapa tidak aku..
“Untuk apa kalian dengan anakku, apa salahku wahai dewata agung...
Sang raja semakin bingung, diam dan memberikan banyak tanda tanya pada hulubalang yang berada didepannya. Kemudian berdiri, mondar-mandir sambil mengelus jenggotnya yang sudah memutih,
“Bendahara! Kumpulkan seluruh hulubalang dan Keluarga kerajaan sekarang juga.! Titah sang raja kepada bendahara..
Baik.. Baginda, titah baginda raja segera saya laksanakan.. jawab bendahara sambil memberi hormat dan segera meninggalkan ruang Rapat istana menuju Gong pemanggilan.
Tung... Tung... Tungg.
Bunyi gong tiga kali berdentung dengan kerasnya, itu menandakan adanya rapat hulu balang dan keluarga kerajaan.
Beberapa saat kemudian seluruh hulubalang dan keluarga kerajaan sudah berkumpul di Lapangan tempat pesta pernikahan yang akan digelar.
Wahai Rakyatku! Apakah ada diantara kalian yang mengetahui dimana keberadaan putra dan calon menantuku.?
Semua hadirin terdiam, hening tak seorangpun yang bergerak, semua seolah terhipnotis akan pertanyaan yang dilontarkan sang raja. Dalam keheningan itu tiba-tiba Joko Ayah angkatnya merik yang juga hadir angkat bicara.
“hormat hamba, Baginda Raja.! Jika di izinkan hamba ingin bicara sesuatu.!”
“Biacaralah, Wahai rakyatku, apakah kamu mengetahui keberadaan putra dan calon menantuku”? tanya sang raja penasaran.
Mohon ampun baginda! Setahu hamba, dan menurut terawangan mata bathinku, putra Gajah Meram dan putri Jinggai diculik oleh raja Ular yang bertahta di bawah danau Tes,” jawab Joko sambil memberikan hormat.”
“Raja Ular itu sangat sakti, Licik, Kejam dan Suka menggangu manusia yang mandi di danau Tes.” Tambahnya.
“benarkah yang kamu katakan
“ampun baginda raja.. itulah yang hamba ketahui tentang keberadaan Putra Raja..
Kalau begitu, kita harus cepat menyelamatkan putra dan calon menantuku”
Tapi bagaimana cara nya  Baginda? Tanya hulu balang
Rajapun terdiam, bingung memikirkan bagaimana cara menyelamatkan putra pertama dan calon menantunya.
“Ampun baginda raja” Jikalau di izinkan, saya ingin mencoba untuk menyelamatkan putra raja dan calon istrinya”
Siapa kamu? Dan apakah kamu yakin dengan ucapanmu?
Ia. Saya yakin dengan ucapan hamba, jikalau diperbolehkan saya ingin mencobanya.
Baiklah.. siapapun boleh ikut melakukan penyelamatan ini, dan bagi siapa yang bisa menyelamatkannya, akan saya angkat menjadi tokoh penting dalam kerajaan ini.
***

Keesokan harinya, berangkatlah Merik menuju Danau Tes, Setiba disana ia segera mencari si Raja Ular. Gajah Merik pun menyelam hingga ke dasar danau. Tidak berapa lama, ia pun menemukan tempat persembunyian Raja Ular itu. Ia melihat sebuah gapura di depan mulut gua yang paling besar. Tanpa berpikir panjang, ia menuju ke mulut gua itu. Namun, baru akan memasuki mulut gua, tiba-tiba ia dihadang oleh dua ekor ular besar.
“Hai, manusia! Kamu siapa?
Berani sekali kamu masuk ke sini!” ancam salah satu dari ular itu. “Saya adalah Gajah Merik hendak membebaskan Manusia yang kamu culik kemarin,” jawab Gajah Merik dengan nada menantang.
“Kamu tidak boleh masuk!” cegat ular itu.
Apa, tidak boleh masuk? Hahhaha dasar ular bodoh, kalau aku tidak masuk, gimana aku menyelamatkan putra raja?
Perdebatan tidak terelakan, hingga pertikaian pun berlangsung. Setelah memenangkan perkelahian terhadap 2 ular yang menghadangnya tadi merik terus menyusuri lorong gua hingga masuk ke dalam. Setiap melewati pintu, ia selalu dihadang oleh dua ekor ular besar. Namun, Gajah Merik selalu menang dalam perkelahian. Ketika akan melewati pintu ketujuh, tiba-tiba Gajah Merik mendengar suara tawa terbahak-bahak.
“Ha… ha… ha…, anak manusia, anak manusia!”
Hei, Raja Ular! Keluarlah jika kau berani!” tantang Merik sambil mundur beberapa langkah.
Merasa ditantang, sang Raja Ular pun mendesis. Desisannya mengeluarkan kepulan asap. Beberapa saat kemudian, kepulan asap itu menjelma menjadi seekor ular raksasa. “Hebat sekali kau anak kecil! Tidak seorang manusia pun yang mampu memasuki istanaku. Kamu siapa dan apa maksud kedatanganmu?” tanya Raja Ular itu. 
“Aku Gajah Merik, Murid Eyang Tun Tuai dari Ilmu Persilatan Putih. Lepaskan Manusia yang kamu culik kemarin atau aku musnahkan istana ini!” tambah Gajah Merik mengancam.
“Ha… ha…. ha…., anak ingusan, Aku akan melepaskan abangmu, tapi kamu harus penuhi syaratku,” ujar Raja Ular.
“Apa syarat itu?” tanya Gajah Merik.
“Pertama, hidupkan kembali para pengawalku yang telah kamu bunuh. Kedua, kamu harus mengalahkan aku,” jawab Raja Ular sambil tertawa berbahak-bahak. “Baiklah, kalau itu maumu, hei Iblis!” seru Gajah Merik menantang. Dengan kesaktian yang diperoleh dari eyangnya, Gajah Merik segera mengusap satu per satu mata ular-ular yang telah dibunuhnya sambil membaca mantra. Dalam waktu sekejap, ular-ular tersebut hidup kembali. Raja Ular terkejut melihat kesaktian merik.
“Aku kagum kepadamu, Merik! Kau telah berhasil memenuhi syaratku yang pertama,” kata Raja Ular. “Tapi, kamu tidak akan mampu memenuhi syarat kedua, yaitu mengalahkan aku. Ha… ha… ha….!!!” tambah Raja Ular kembali tertawa terbahak-bahak.
“Tunjukkanlah kesaktianmu, kalau kamu berani!” tantang Gajah Merik. Tanpa berpikir panjang, Raja Ular itu langsung mengibaskan ekornya ke arah Gajah Merik. Gajah Merik yang sudah siap segera berkelit dengan lincahnya, sehingga terhindar dari kibasan ekor Raja Ular itu. Perkelahian sengit pun terjadi. Keduanya silih berganti menyerang dengan mengeluarkan jurus-jurus sakti masing-masing.
Begitu lama merik berkelahi dengan raja Ular, namun belum ada salah satu yang terkalahkan. Akan tetapi Raja Ular mulai kelelahan dan hampir kehabisan tenaga. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Gajah Merik. Ia terus menyerang hingga akhirnya Raja Ular itu terdesak. Pada saat yang tepat, Gajah Merik segera menusukkan Keris pusaka warisan eyangnya.
“Aduuuhh… sakiiit!” jerit Raja Ular menahan rasa sakit. Melihat Raja Ular sudah tidak berdaya, Gajah Merik mundur beberapa langkah untuk berjaga-jaga siapa tahu raja ular itu tiba-tiba kembali menyerangnya. “Kamu memang hebat, anak kecil! Saya mengaku kalah,” kata Raja Ular. Mendengar pengakuan itu, Gajah Merik pun segera membebaskan Gajah Meram dan Putri Jinggai yang dikurung dalam sebuah ruangan.
Sementara itu di istana, Raja Bikau Bermano beserta seluruh keluarga istana dilanda kecemasan. Dan kecemasanpun snagat dirasakan oleh keluarga Joko selaku keluarga angkat bagi merik.
sang Raja memerintahkan beberapa hulubalang untuk menyusul Gajah Merik. Namun, sebelum para hulubalang itu berangkat, tiba-tiba salah seorang hulubalang yang ditugaskan menjaga tempat pemandian di tepi Danau Tes datang dengan tergesa-gesa.
“Ampun, Baginda! Gajah Merik telah kembali bersama Gajah Meram dan Putri Jinggai,” lapor hulubalang.
 “Ah, bagaimana mungkin? tanya baginda heran.
“Ampun, Baginda! Kami yang sedang berjaga-jaga di danau itu juga terkejut, tiba-tiba Gajah Merik muncul dari dalam danau bersama Gajah Meram dan Putri Jinggai.
Tidak berapa lama kemudian, Gajah Merik, Gajah Meram, dan Putri Jinggai datang dengan dikawal oleh beberapa hulubalang yang bertugas menjaga tempat pemandian itu. Kedatangan mereka disambut gembira oleh sang Raja beserta seluruh keluarga istana. Kabar kembalinya Gajah Meram dan keperkasaan Gajah Merik menyebar ke seluruh pelosok negeri dengan cepat. Untuk menyambut keberhasilan itu, sang Raja mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam. Setelah itu, sang Raja menyerahkan tahta kerajaan kepada Gajah Meram. Namun, Gajah Meram menolak penyerahan kekuasaan itu.
“Ampun, Ayahanda! Yang paling berhak atas tahta kerajaan ini adalah Gajah Merik. Dialah yang paling berjasa atas negeri ini, dan dia juga yang telah menyelamatkan Ananda dan Putri Jinggai,” kata Gajah Meram. “Baiklah, jika kamu tidak keberatan. Bersediakah kamu menjadi raja, Wahai Merik?” sang Raja kemudian bertanya kepada Gajah Merik.
“Ampun, Baginda Raja, saya tidak pantas menyandang itu semua, saya hanyalah rakyat biasa yang kebetulan bermalam disebuah rumah penduduk. Menginap di keluarga Joko, pengembala ternak.
Dan yang berhak menjadi raja tetaplah Gajah Meram, dialah putra mahkota sah dalam kerajaan ini.
Tapi....
Maafkan hamba baginda raja, saya hanyalah rakyat biasa. Terpaksa saya menolak tawaran baginda.
Semua tamu yang hadir terbelalak memperhatikan percakapan yang terjadi, gajah meram yang merasa dirinya tidak pantas menerima keputusan hanya berdiam diri, bingung langkah apa yang harus ditempuh.
Baiklah, untuk sementara ini saya akan tetap memberikan kekuasaan ini kepada putra saya Gajah Meram,. Ucap raja bikau bermano.
Hentikan... jangan dilanjutkan...
Kamu....!! kenapa lagi kamu hadir ke kerajaan ini?
Dan hipnotis apa lagi yang akan kamu perbuat? Bentak raja kepada Tun Tuai.
“inilah sesuatu yang pernah saya bilang terdahulu, bahwa anakmu akan membawa kedamaian dalam kerajaan ini, tapi kau tak mempercayainya, kau buang anak itu, kau asingkan, tanpa kau beri kasih sayang sedikitpun. Kamu tau dimana anak itu sekarang?
Persetaaaan... hentikan omong kosongmu,
“dia.. dia adalah putra yang sengaja kamu buang, dia jugalah yang menyelamatkan putramu, dialah yang menyelamatkan kakaknya.
Apa.??
Aku yang mendidiknya, aku yang membesarkannya, dan aku yang mengajarinya ilmu bela diri, sehingga ia mampu mengalahkan Raja ular dan menyelamatkan putramu.
Tidak.. ini tidka mungkin.. kamu pastri menipu,..
Menipu atau tidak, tidak ada untung bagi saya,
Merik.. ! (ucap raja)
Ayah...!!
Merik...!!
Ayah...” merik berlari memeluk ayahnya, tetesan air matanya bercucuran membasahi setiap langkah kakinya.
Maafkan ayah nak.. “ ayah sudah menyia-nyiakanmu. Ayah tidak percaya akan kelahiranmu yang serba mengundang ke anehan..
Ia ayah... merik tau ituu, eyang sering bercerita perihal kelahiranku,, perihal tanda-tanda kelahiranku..
Sedih, senang dan bahagia bercampur menjadi, semua tamu-tamu yang hadir larut dalam keharuan.. dan sejak kejadian itu, kerajaaan semakin berjaya dibawah pimpinan Raja Gajah Merik, dan di kawal oleh Pengawal handal “Raja Ular” kepala Tujuh...

The end..





By. Ryan Palembaja
      Jalan Pasar Baru, no 34 Bintuhan, 38563
      Kecamatan Kaur Selatan Kabupaten Kaur

Baca Selengkapnya ....
Terus Berusaha MenampilkanYang Terbaik - Original design by Palembaja | Copyright of PALEMBAJA.

Label

Pengunjung

Flag Counter

Visitors

Pengikut

Soundtrack